Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanda Kematian Media di Kelas Reportase

Saya senang menerima tugas ekstra dari program studi itu karena mata kuliah tersebut tidak asing bagi saya, bahkan menyatu dengan profesi saya sebelumnya sebagai jurnalis.

Dalam mengenalkan pengetahuan dan praktik reportase serta manajemen media, latar belakang ini menjadi pintu gerbang materi kuliah. Tujuannya memantik peserta kuliah agar tertarik dengan mata kuliah ini. Mata kuliah ini juga masih sejalur dengan keilmuan saya, Sosiologi Media.

Gayung bersambut. Para mahasiswa antusias ikut kuliah. Transfer ilmu pengetahuannya dikemas dengan metode perpaduan teori dan praktik. Pembicaraan awal dalam kuliah berkaitan bentuk-bentuk media, yaitu media konvensional (media cetak, radio, dan televisi), media baru (media digital), serta media sosial.

Mereka menyatakan tidak asing dengan bentuk-bentuk media tersebut. Para mahasiswa usianya pada kisaran 19-22 tahun atau kelahiran tahun 2000 dan sesudahnya.

Tidak Lagi Membaca Media Cetak

Saya mengorek sejauh mana pengetahuan mereka tentang media cetak. Semuanya mengaku mengenal media cetak tetapi ‘tidak dekat” dengan media cetak.

Seorang mahasiswa mengatakan, dia kadang-kadang baca media cetak lokal di daerah asalnya saat masih di Bandung, Jawa Barat. 

“Saya kadang meminjam media cetak itu dari tetangga, lalu membaca beberapa saat berita olahraga atau lainnya,” kata mahasiswa itu.

Mereka mengatakan, jika ingin mengetahui informasi tertentu, mereka membaca di laman (websiste) tertentu melalui ponsel pintar miliknya.

Apakah informasi bacaan itu tentang berita-berita aktual?

“Bacaannya tidak secara khusus berita aktual, material bacaan acak,” jawab mereka.

Saya memberitahu perpustaan kampus menyediakan bacaan dalam bentuk media cetak. Saya sarankan mereka membaca di sana untuk mengenali bentuk berita, iklan, dan informasi lain.

Sebagian besar dari mereka mengaku tidak tahu bahwa kampus berlangganan media cetak.

Apakah mau ke perpustakaan untuk membaca media cetak? Mereka tidak menjawab tegas, hanya saling melirik antar mereka.

Petugas perpustakaan kampus menceritakan, koran dan majalah jarang disentuh dan dibaca para mahasiswa. Ketika saya menyambangi perpustakaan, sejumlah media cetak tergeletak di atas meja dalam kondisi rapi. Kertas korannya tidak lusuh, tanda tidak ada orang yang menyentuhnya.

Lalu, bagaimana hasil liputan para mahasiswa itu? Di kelas Reportase, setiap mahasiswa harus mengusulkan topik dan membuat rencana liputan.

Dari usulan yang mereka tawarkan, isu-isunya bervariasi. Karakter informasi yang diusulkan umumnya tidak bersentuhan dengan isu-isu aktual yang dipublikasikan media mainstream. Sebagian kecil saja yang mengikuti isu di media arus utama.

Usulan rencana liputan para mahasiswa seperti soal indekos harian, nyadran, buka puasa bersama, dan isu-isu yang bersifat personal. 

Kegalauan

Lalu, bagaimana mereka memahami isu aktual, yang trending topic di masyarakat apabila tidak pernah membaca berita media? 

Suasana di kelas itu saya pahami sebagai miniatur situsi pasar media cetak pada era media digital saat ini. Sebagai generasi milenial dan generasi z yang akrab dengan teknologi informasi, mereka tidak mengakses media cetak atau online atau e-paper.

Sikap mereka melengkapi profil pasar media cetak saat ini di kalangan generasi milinial dan generasi z.

Saya berpikir, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi yang ingin menjadi jurnalis saja tidak tertarik untuk membaca media cetak, bagaimana mahasiswa ilmu sosial lainya, apalagi mahasiswa ilmu eksakta. Terselip perasaan galau dalam diri saya tentang mahasiswa tidak tertarik membaca dan mengakses media cetak.

Saya merasakan tanda-tanda kematian media cetak itu ada di ruang kelas, tempat saya mengajarkan tentang reportase dan manajemen media. Sebagai reporter yang bekerja untuk media cetak selama 25 tahun, situasi ini sangat membuat dada terasa nyesek.

Mengapa tanda-tanda kematian media yang saya cintai itu tergambar dengan jelas di depan kelas di mana saya menyampaikan tentang bagaimana melakukan news gathering, bagaimana idealnya mereka menjadi jurnalis, bagaimana mengelola media? 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/11/142730665/tanda-kematian-media-di-kelas-reportase

Terkini Lainnya

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke