Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dinilai Bisa Sebarkan Propaganda, China Larang ChatGPT

KOMPAS.com - Pemerintah China melarang penggunaan ChatGPT karena layanan chatbot OpenAI tersebut dinilai bisa menyebarkan propaganda.

Sebagaimana diketahui, China memiliki kontrol ketat atas aliran informasi online dari luar negeri melalui Great Firewall, sistem sensor terbesar dan tercanggih di dunia yang memblokir Google, Facebook, dan situs besar lainnya di China.

Sejak diluncurkan pada November lalu, sebenarnya ChatGPT memang tidak tersedia secara resmi di China dan tak bisa sembarangan diakses masyarakat.

Namun banyak warga China tetap mengakses ChatGPT melalui VPN, sementara yang lain menggunakan akses dari pengembang pihak ketiga.

Hingga baru-baru ini, Regulator China akhirnya semakin mengetatkan aturannya terkait ChatGPT.

Hilangnya ChatGPT

Dikutip dari laman Guardian, sejumlah perusahaan teknologi besar di China termasuk perusahaan induk WeChat, Tencent, dan Ant Group telah diperintahkan untuk memutus akses ke ChatGPT.

Dengan adanya perintah tersebut, Yibai Technology menghapus tombol untuk mengaktifkan ChatGPT dari aplikasinya.

Sebagaimana dikutip dari SCMP, perusahaan lainnya yakni Shenlan BL dan AI Duihua juga menyampaikan mereka tak lagi menyediakan layanan akses ChatGPT.

Meski demikian, sejauh ini tak ada komentar apapun dari perusahaan-perusahaan tersebut.

Sementara, seorang pengguna yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, akun WeChat pribadinya diblokir tiga hari usai ia menyematkan API ChatGPT.

Ia mengatakan, WeChat telah memberitahunya akses ke akunnya akan dikembalikan lagi jika ia berjanji untuk tak menyematkan API ke dalam akunnya.

Dinilai propaganda

Menurut media pemerintahan China, ChatGPT dianggap sebagai alat potensial bagi Amerika Serikat untuk menyebarkan artikel palsu.

Media Pemerintah China mencontohkan, pertanyaan yang diajukan ke ChatGPT tentang Xinjiang selalu menghasilkan jawaban konsisten yang terkait dengan propaganda politik pemerintah AS, yakni dikaitkan dengan genosida.

Kini regulator bahkan menghapus hasil pencarian mengenai ChatGPT di platform pencarian China.

“Model ini dilatih tentang informasi terbuka yang berbasis di negara-negara barat. Berpotensi menimbulkan banyak masalah bagi pemerintah China, karena orang dapat menggunakannya untuk mengajukan pertanyaan tentang topik sensitif, seperti pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, Taiwan, kepulauan Diaoyu," kata peneliti senior di Peace Research Institute Oslo, Dr Ilaria Carrozza.

OpenAI sendiri kata dia, sebenarnya sudah melarang orang di China melakukan pendaftaran namun memang tampaknya hal ini tak sepenuhnya bisa diatasi.

Pendiri firma riset TI Marbridge Consulting Mark Natkin menilai chatbot AI semacam ChatGPT tentunya tak akan disukai China.

Pasalnya, saat ada pertanyaan "Apakah Presiden China Xi Jinping sah?", ChatGPT akan memberikan jawaban yang seimbang yakni menjelaskan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi namun juga akan menjelaskan terkait masalah hak asasi dan represi politik.

Ia menilai, chatbot yang akan disukai pemerintah China saat ini adalah chatbot yang bisa dipakai menyebarkan propaganda kepada lawan politik.

“Ini adalah teknologi lain yang sedang berkembang yang menurut China perlu untuk menjadi kompetitif. Dan jika dikembangkan sesuai dengan tujuan kebijakan, berpotensi membantu menyampaikan narasi yang disetujui secara lebih efisien yang pemerintah ingin agar dapat diakses oleh masyarakat," ujar Natkin dikutip dari Time.

China sendiri saat ini tengah berupaya mengembangkan Chatbot seperti ChatGPT OpenAI.

Baidu, Alibaba, JD.com dan Tencent adalah beberapa perusahaan yang mengumumkan rencana pengembangan AI chatbot.

Adapun program Baidu yakni Ernie Bot merupakan program yang dianggap paling maju dan menjanjikan yang akan diluncurkan Maret nanti.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/25/211500165/dinilai-bisa-sebarkan-propaganda-china-larang-chatgpt

Terkini Lainnya

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Tren
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Tren
146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

Tren
Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke