Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral, Twit Sebut Perempuan Lebih Sulit Diterima di Keluarga Pasangan, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Twit bernarasi perempuan lebih sulit diterima di keluarga laki-laki viral di media sosial Twitter.

Twit viral itu diunggah oleh akun ini pada Selasa (31/1/2023).

Dalam twit tersebut, terdapat sebuah tangkapan layar yang menampilkan komentar waganet.

"Laki-laki sangat mudah diterima di keluarga perempuan tetapi perempuan sangat sulit diterima di keluarga laki-laki," tulis komentar tersebut.

Hingga Rabu (1/2/2023), twit tersebut telah dikomentari oleh 2.783 warganet, dibagikan oleh 6.578 akun, dan disukai hingga 38.500 pengguna Twitter.

Komentar warganet

Sejumlah warganet menuliskan komentar di dalam unggahan tersebut. Sebagian dari mereka menerka-nerka apa penyebab fenomena tersebut.

"Karena umumnya spesifikasi cewe lebih tinggi gak sih? Kudu lulus masak, kudu lulus beberes, kudu nurut manut patuh tunduk sama mertua apalagi kalo kolot, kudu ini itu segala macam. Kalo cowo asal punya pekerjaan aja udah lampu ijo," kata warganet ini. 

"Nah, kultur ini membingungkan sebenernya. Kan laki-laki itu sejak kecil ngga dipaparkan aktivitas domestik ya, maka laki2 ga bisa urus dirinya sendiri: ga punya sense of surviving krn basic skill ga diajarin (self hygiene, masak, clean after yourself). Toh nanti ada istri," ucap warganet lain. 

"Nah ini kenapa ya? ko kek ga adil bngt gt, mantu laki laki dihormati disayang2, mantu cewe kbnyakan kek dimata mertua cmn "beban anaknya" ada jg yg nyepelein sampe diperlakukan kek pembantu dirumah wkwk, yah smoga dijauhkan dr ipar dan mertua yg begini," tutur akun ini. 

Lantas, jika dibandingkan dengan laki-laki, benarkah perempuan lebih sulit diterima di keluarga pasangan mereka?

Penjelasan psikolog

Psikolog terapan di PION Clinician Astrid WEN menjelaskan bahwa belum ada penelitian pasti yang membahas soal fenomena perempuan sulit diterima di keluarga laki-laki.

"Perkiraan sepertinya demikian, tapi belum bisa dipastikan karena belum ada survei dan penelitian yang jelas soal itu," terangnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (1/2/2023).

Sebaliknya, berdasarkan pengalaman praktiknya, Astrid justru kerap menemukan bahwa banyak mertua yang mendukung menantunya, baik itu menantu laki-laki maupun perempuan.

"Banyak mertua yang mendukung menantu perempuan dan banyak juga mertua perempuan yang mendukung menantu laki-laki," imbuh Astrid.

Kendati demikian, Astrid berkata, seberapa baik daya dukung para mertua, keluarga sebaiknya memang bertumbuh terpisah.

Tujuannya untuk menumbuhkan karakter keluarga barunya.

Sebab, jika mertua dan menantu hidup dalam satu atap, besar kemungkinan akan terjadi perselisihan kekuasaan.

"Kalau ada mertua perempuan dengan menantu perempuan (dalam satu rumah), pasti akan ada persaingan kekuasaan di situ," kata dia.

Sebaliknya, jika menantunya laki-laki tinggal bersama dengan mertua perempuan, muncul persepsi yang berbeda.

Menurut Astrid, persepsi itu berupa anggapan bahwa menantu laki-laki dinilai memiliki nilai lebih daripada perempuan.

"(Dalam) keluarga konvensional ini, menantu laki-lakinya itu dianggap tulang punggung keluarga," terang Astrid.

Hal tersebut membuat menantu laki-laki akan berusaha mengayomi kebutuhan keluarga  sehingga isterinya akan memiliki pandangan yang selaras dengan ibunya.

Kendati dekimian, keadaan ini tetap menimbulkan perasaan tidak nyaman dan tidak bebas bagi menantu laki-laki karena harus tinggal bersama mertuanya.

Belenggu budaya patriarki

Fenomena di mana perempuan lebih sulit diterima oleh keluarga laki-laki kemungkinan juga bisa disebabkan oleh belenggu budaya patriarki di Indonesia.

"Budaya kita itu mengusung budaya patriarki di mana seolah-olah tampaknya posisi laki-laki itu lebih superior daripada perempuan," terang Astrid.

Bahkan hingga saat ini, budaya tersebut masih menjamur di Indonesia.

Hal itu membuat kesetaraan gender masih menjadi PR besar bagi masyarakat Tanah Air.

"Ketika seseorang dalam keluarga mendapatkan menantu laki-laki, itu seolah-olah mereka mendapatkan nilai yang lebih besar ketimbang mendapatkan anak perempuan," katanya.

Fenomena itu membuat laki-laki lebih sering dihargai daripada perempuan.

Padahal, menurut Astrid, sebaiknya kita tidak membentuk persepsi bawa nilai laki-laki lebih tinggi dari nilai perempuan.

Sebab, hal itu bisa memicu adanya risiko bahwa perempuan lebih mudah diremehkan dan menjadi korban kekerasan dibandingkan laki-laki.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/01/201500065/viral-twit-sebut-perempuan-lebih-sulit-diterima-di-keluarga-pasangan-kok

Terkini Lainnya

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke