Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Perbedaan Sinterklas dan Santa Claus, Jangan Salah Sebut!

KOMPAS.com - Perayaan Natal selalu identik dengan kehadiran Sinterklas atau Sinterklaas dan Santa Claus.

Kedua sosok tersebut sering kali ditampilkan ketika perayaan Natal di gereja, pusat perbelanjaan, termasuk taman bermain.

Sinterklas dan Santa Claus digambarkan sebagai karakter berpakaian serba merah, berperwakan gendut, dan berjenggot.

Keduanya juga membawa kantong berisi hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak sebelum atau ketika Natal tiba.

Meski Sinterklas dan Santa Claus kadung menjadi tokoh khas Natal, ternyata keduanya mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda.

Berikut perbedaan antara Sinterklas dan Santa Claus yang serupa tapi ternyata tidak sama.

Membahas latar belakang sejarahnya, ternyata penyebutan Sinterklas sudah ada lebih dulu sebelum Santa Claus.

Dilansir dari National Geographic, kehadiran Sinterklas tidak bisa dilepaskan dari Santo Nikolas atau Saint Nicholas.

Sosok tersebut diperkirakan lahir di Yunani pada 280 M atau sekitar akhir abad ketiga.

Perjalanan hidup Santo Nikolas berlanjut menjadi uskup di sebuah kota kecil Romawi yang dinamakan Myra.

Jika membahas perawakan Santo Nikolas seperti apa, sosok ini sebenarnya tidaklah gendut seperti yang dikenal orang seperti sekarang.

Perawakannya justru kurus dan ia dikenal akan keberaniannya melawan penganiayaan besar pada tahun 303.

Pada saat itu, para pastur menghadapi kesusahan karena diberikan pilihan untuk meninggalkan Kekristenan atau dieksekusi.

Karena keberaniannya melawan masa penganiayaan ini, Santo Nikolas akhrinya dilemparkan ke penjara.

Ia harus mendekam di balik jeruji besi sebelum kasisar Romawi Constanine memutuskan untuk menyudahi penyaniayaan umat Kristen pada 313.

Santo Nikolas kemudian meninggal dunia 6 Desember sekitar 343 M atau di pertengahan abad ketiga.

Setelah itu, ia dikenal sebagai pelindung anak-anak yang juga suka membawa hadiah ketika Natal sekitar tahun 1200 M.

Sinterklas juga dikisahkan masyarakat Belanda sebagai orang dermawan dari Spanyol yang suka berkunjung ke setiap rumah.

Setelah kisah kedermawanan Santo Nikolas menyebar di daratan Eropa, sosok ini kemudian mengalami perkembangan di Amerika Serikat (AS).

Kemunculan Sinterklas -sebelum dipanggil Santa Claus- di Negeri Paman Sam dimulai pada awal abad ke-19.

Hal tersebut dimulai dari buku berjudul "A History of New York" tulisan Washington Irving pada  1809.

Dalam bukunya, Santo Nikolas digambarkan sebagai karakter yang sedang mengisap rokok dengan pipa.

Karakter Santo Nikolas juga digambarkan mengendarai kereta salju terbang yang melayang-layang di atas rumah.

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, kedatangan kisah Sinterklas di tanah Amerika juga dibarengi dengan perubahan penyebutan.

Sinterklas yang diambil dari kata dalam bahasa Belanda, yaitu Sinterklaas, berubah menjadi Santa Claus.

Adapun, Santa Claus juga termasuk serapan dari kata Sante Klaas yang lagi-lagi berasal dari bahasa Belanda.

Perubahan Sinterklas menjadi Santa Claus di AS disebabkan oleh kedatangan imigran asal Negeri Kincir angin pada abad ke-17 di New York.

Kisah Santo Nikolas lantas mengalami perubahan berkat puisi berjudul "A Visit from St Nicholas" pada 1821 karya Clement Clarke Moore.

Puisi tersebut sekarang lebih dikenal dengan "The Night Before Christmas".

Dalam puisinya, Santo Nikolas digambarkan sebagai kakek tua yang bepergian menggunakan mantel berbulu dan sifatnya periang.

Ia juga memiliki janggut, berperawakan gendut, namun Moore tidak mengungkit soal agama dalam puisinya.

Karakter dari Santa Claus di AS semakin matang berkat visualisasi dari kartunis Thomas Nast pada 1840-1902.

Santa Claus tetaplah kakek tua yang periang, tubuhnya gendut, janggutnya putih, sambil membawa pipa rokok.

Visualisasi dari Nast juga tidak menampilkan simbol agama, namun Santa Claus digambarkan membawa mainan.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/12/24/200500765/ini-perbedaan-sinterklas-dan-santa-claus-jangan-salah-sebut-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke