Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tidur Baik untuk Kesehatan, Bagaimana jika Terlalu Lama?

KOMPAS.com - Tidur sangat penting bagi kesehatan, baik fisik maupun mental. Sebaliknya, kurang tidur menyebabkan beragam masalah, termasuk sulit konsentrasi dan mudah stres.

Pakar tidur dan neuropsikologi kognitif Theresa Schnorbach mengatakan kepada Live Science, tidur membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Tidur juga membantu menyembuhkan luka emosional karena mematikan noradrenalin yang memicu kecemasan dalam otak.

Lalu, bagaimana jika tidur terlalu lama? Mungkinkah masih tetap menyehatkan atau justru membahayakan?

Durasi tidur ideal

Seseorang disebut terlalu banyak tidur jika melebihi waktu tidur ideal. Durasi tidur ideal ini sangat bergantung pada usia, tingkat aktivitas, kondisi kesehatan, dan gaya hidup.

Misalnya, balita lebih membutuhkan banyak tidur daripada orang dewasa. Begitu pula saat sedang sakit, kemungkinan kebutuhan tidur akan meningkat.

Namun begitu, terdapat durasi tidur ideal yang direkomendasikan para pakar.

Seperti rekomendasi American Academy of Sleep Medicine (AASM), berikut durasi tidur ideal berdasarkan usia:

  • Bayi (4-12 bulan): 12-16 jam per 24 jam (termasuk tidur siang)
  • Balita (1-2 tahun): 11-14 jam per 24 jam (termasuk tidur siang)
  • Pra-sekolah (3-5 tahun): 10-13 jam per 24 jam (termasuk tidur siang)
  • Usia sekolah (6-12 tahun): 9-12 jam per 24 jam
  • Remaja (13-18 tahun): 8-10 jam per 24 jam
  • Dewasa (18-60 tahun): 7 jam-9 jam per malam.

Seseorang dengan waktu tidur melebihi rentang durasi di atas, dapat dikatakan terlalu banyak atau kelebihan tidur.

Penyebab tidur berlebihan

Tidur berlebihan dapat disebabkan dan menyebabkan hipersomnia, yaitu rasa kantuk luar biasa saat siang padahal sudah tidur cukup pada malam sebelumnya.

Dikutip dari laman WebMD, rasa kantuk ini bahkan tidak hilang meski penderita mencoba tidur siang.

Akibatnya, saat malam hari mereka akan tidur sangat lama dan kembali mengulang siklus keesokan harinya.

Lantaran kebutuhan tidur yang berlebihan, orang dengan hipersomnia umumnya mengalami gejala kecemasan, energi rendah, dan masalah pada ingatan.

Selain hipersomnia, apnea tidur obstruktif juga bisa menjadi penyebab kelebihan tidur.

Apnea tidur obstruktif merupakan kelainan yang menyebabkan napas penderita berhenti sesaat ketika tidur. Hal ini mengakibatkan siklus tidur pada malam hari terganggu. Kondisi ini ditandai dengan mendengkur dan rasa kantuk di siang hari.

Namun, tidak semua tidur berlebihan disebabkan oleh gangguan tidur. Beberapa kondisi medis lain turut memengaruhi, termasuk depresi.

Terlalu banyak tidur juga dapat disebabkan gaya hidup, seperti penggunaan zat tertentu termasuk alkohol atau beberapa resep obat.

Bahaya tidur berlebihan

Tidur berlebihan dapat memengaruhi kondisi kesehatan dan memicu terjadinya sejumlah penyakit. Berikut beberapa akibat dari tidur berlebihan:

1. Diabetes

Masih dari Live Science, tidur berperan penting dalam menjaga kadar glukosa atau gula dalam darah. Untuk itu, terlalu banyak tidur meningkatkan risiko diabetes.

Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa terlalu lama atau kurang tidur setiap malam berisiko meningkatkan diabetes.

2. Kegemukan

Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit juga berpengaruh terhadap berat badan, tepatnya menambah berat badan.

Hal ini terbukti dari sebuah studi yang menunjukkan bahwa orang dengan waktu tidur selama 9-10 jam setiap malam, 21 persen lebih berisiko menjadi gemuk selama periode enam tahun. Angka tersebut jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidur selama 7-8 jam per malam.

Bahkan, kegemukan ini akan tetap terjadi meski asupan makan sehat dan olahraga dilakukan.

Bagi sebagian orang yang rentan sakit kepala, tidur lebih lama dari biasanya saat akhir pekan atau liburan justru bisa menyebabkan sakit kepala.

Para peneliti menyatakan bahwa tidur berlebihan memengaruhi neurotransmiter tertentu di otak, termasuk serotonin.

Orang yang tidur terlalu banyak di siang hari dan mengganggu tidur malamnya, juga kemungkinan mengalami sakit kepala di pagi hari.

4. Depresi

Meski insomnia lebih sering dikaitkan dengan depresi, tetapi sekitar 15 persen orang dengan depresi mengalami tidur berlebih.

Kondisi ini dapat memperburuk depresi karena kebiasaan tidur teratur sangat penting untuk proses pemulihan.

5. Penyakit jantung

Nurses' Health Study meneliti hampir 72.000 wanita memiliki kaitan antara hubungan waktu tidur dengan penyakit jantung.

Berdasarkan analisis, wanita yang tidur 9-11 jam per malam, 38 persen lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner dibanding wanita dengan durasi tidur 8 jam.

6. Kematian

Berbagai penelitian menemukan, orang yang tidur sembilan jam atau lebih dalam semalam memiliki tingkat kematian jauh lebih tinggi daripada orang berdurasi tidur 7-8 jam semalam.

Tidak ada alasan khusus yang mendasari hubungan keduanya. Namun, para peneliti menemukan bahwa depresi dan status sosial ekonomi rendah juga berhubungan dengan tidur lebih lama.

Mereka berspekulasi, faktor-faktor ini dapat berkaitan dengan peningkatan kematian yang diamati pada orang terlalu banyak tidur.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/18/130500365/tidur-baik-untuk-kesehatan-bagaimana-jika-terlalu-lama-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke