Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyelisik Paradoks Politik Identitas

Di AS sendiri istilah politik identitas mulai merajalela sejak Donald Trump mencapreskan diri secara terang-terangan menyandang indentitas sebagai pejuang White Supremacist alias supremasi kulit putih sambil perkasa bergaya di gugus terdepan mengibarkan panji-panji gerakan Islamophobia.

Ternyata gaya politik identitas Donald Trump menular ke Indonesia, kemudian memuncak pada Pilpres 2019 memecah-belah bangsa Indonesia menjadi cebong dan kampret yang bahkan kemudian bermetamorfosa menjadi kadrun. Bahkan demi menegakkan pilar-pilar politik identitas hukumnya wajib ada pihak yang harus dikorbankan untuk dinobatkan sebagai “Bapak Politik Identitas”.

Apa sebenarnya yang disebut sebagai politik identitas itu?

Stanford Encyclopedia of Philosophy memaknakan politik identitas secara cukup terhuyung-huyung sambil berbelit-belit ke sana ke mari sebagai berikut : “The laden phrase “identity politics” has come to signify a wide range of political activity and theorizing founded in the shared experiences of injustice of members of certain social groups. Rather than organizing solely around belief systems, programmatic manifestos, or party affiliation, identity political formations typically aim to secure the political freedom of a specific constituency marginalized within its larger context. Members of that constituency assert or reclaim ways of understanding their distinctiveness that challenge dominant characterizations, with the goal of greater self-determination”.

Sementara situs Vox.com lebih jujur dalam langsung menegaskan bahwa istilah politik identitas sebenarnya sesuatu yang dapat dikatakan “is a very vague phrase” alias frasa yang sangat tidak jelas jenis, bentuk, serta arah juntrungannya.

Pada hakikatnya memang politik identitas sulit bahkan mustahil didefinisikan secara sempurna dan memuaskan segenap pihak. Pada kenyataan memang sulit bahkan mustahil untuk menyatakan bahwa politik yang dilakukan manusia dapat dilakukan secara tanpa kejelasan identitas pelakunya.

Identitas politik yang dilakukan oleh A serta merta secara subyektif melekat pada bukan B tetapi A yang melakukannya. Politik luar negeri yang dilakukan negara X suka tak duka merupakan politik yang bukan dilakukan oleh negara Y tetapi jelas subyektif beridentitas X.

Politik yang dilakukan Donald Trump secara langsung menyandang identitas bukan Biden tapi Trump. Selama politik dilakukan oleh manusia maka dengan sendirinya menampilkan identitas bukan satwa atau tanaman tetapi manusia yang melakukannya.

Makna politik identitas memang secara logika sulit bahkan pada hakikatnya secara kontekstual mustahil bisa lepas dari identitas insan yang melakukannya.

Politik One Belt One Road serta merta menyandang identitas Xi Yinping sebagai tokoh yang memang memprakarasai dan memimpinnya. Politik demokrasi otoriter di Singapura langsung menyandang identitas Lee Kwan Yew sebagai pelakunya.

Politik mengutamakan pribumi Malaysia dalam kegiatan ekonomi serta merta menyandang identitas Mahathir Muhammad sebagai pelopornya.

Politik pembangunan infra struktur di Indonesia menampilkan identitas Joko Widodo sebagai penggagasnya. Identitas Ibu Kota Baru dengan nama Nusantara abadi melekat erat pada diri Joko Widodo sebagai pemrakarsa dan pewujudnya.

Pada hakikatnya politik identitas merupakan sebuah paradoks yang secara heterologikal atau autologikal apapun-logikal potensial menelan dirinya sendiri, seperti paradoks paling dasar terkandug dalam pernyataan aku berdusta gesit memutar balik logika dari bisa dipercaya sampai tidak bisa dipercaya akibat potensial menelan dirinya sendiri.

Menyatakan bahwa tidak ada yang disebut sebagai politik identitas sama absurd dengan menyatakan diri tidak berpolitik.

Pada hakikatnya tidak berpolitik dengan sendirinya serta merta merupakan politik pihak yang menyatakan diri tidak berpolitik. Maka berpolitik identitas maupun tidak berpolitik identitas tetap gigih bertahan sebagai identitas pihak yang mengaku berpolitik identitas maupun tidak mengaku berpolitik identitas.

Namun dapat diyakini sebagai senjata untuk membunuh karakter pihak lawan politik, memang politik identitas cukup pamungkas sakti mandraguna. Sesuatu bentuk kenyataan yang lazimnya tidak akan diakui sebagai kenyataan oleh para pengguna politik identitas untuk membunuh karakter pihak lawan politik yang hukumnya wajib dihabisi sampai hilang lenyap.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/22/080000065/menyelisik-paradoks-politik-identitas

Terkini Lainnya

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaran Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaran Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke