Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah "Street Artist" Gindring Waste yang Inspiratif

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Pada tanggal 15 hingga 30 Juli lalu, seorang seniman jalanan asal Magelang, Jawa Tengah, menggelar sebuah pameran tunggal di Negeri Ginseng (Korea Selatan) bertajuk “Waste ‘Em All!”. Seniman tersebut bernama Gindring Waste.

Dilansir dari The Finery Report, sebuah media digital yang berfokus pada industri kreatif, tidak hanya menampilkan karya-karyanya dalam ruang pameran, Gindring juga meluncurkan koleksi pakaian edisi terbatas hasil kolaborasi dengan FLEF Seoul.

Ini tentu merupakan salah satu pencapaian besar bagi Gindring dan seniman-seniman Indonesia. Sebab, menggelar pameran tunggal di luar negeri bukanlah hal yang mudah.

Lantas, sebelum bisa meraih pencapaian ini, siapakah sebenarnya Gindring Waste? Mengapa ia dikenal sebagai seniman jalanan yang kerap melemparkan kritik sosial dengan karya bernuansa seram?

Melalui siniar (podcast) Beginu episode “Tengkorak Manusia, Seram Bukan Tipu Muslihat”, perjalanan hidup Gindring ditumpahkan tuntas kepada Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi KOMPAS.com.

Dirangkum dari Visual Jalanan, Gindring Waste adalah seorang street artist dari Magelang, Jawa Tengah. Ia mulai berkarya di jalanan sekitar tahun 2007–2008 dengan karakter ikonik seperti Misfits, sebuah grup musik punk rock Amerika Serikat bernuansa horror, yang kerap dipadukan dengan pesan-pesan menohok dan menggelitik.

Karya Gindring sering menjadi kontroversi di masyarakat, sebab kerap membawakan isu-isu intoleran di Indonesia. Bahkan, pada beberapa waktu lalu, ia sempat menjadi buronan utama Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di kotanya karena dinilai mengotori tembok-tembok kota dengan kritikan.

Setelah sekian lama menjadi buron, Gindring akhirnya tertangkap. Namun, setelah melewati beberapa proses interogasi, perancang grafis lepasan buku yasin dan tahlil ini akhirnya dilepaskan.

Uniknya, alih-alih diusir oleh Satpol PP setelah bebas, Gindring justru dimintai tolong untuk melukis di salah satu pojok kantor mereka.

Setelah kejadian tersebut, nama Gindring semakin dikenal, baik di masyarakat maupun pemerintah. Ia kerap mengadakan pameran-pameran di berbagai kota. Salah satunya sebelum berangkat ke Korea Selatan adalah pameran seni rupa virtual bertajuk “Nano Nano Nana Nina”.

Pameran tersebut dibuka oleh pemerintah setempat. Hal ini menjadi bukti bahwa pemerintah telah mendengar apa yang Gindring suarakan sehingga memberikan panggung bagi dirinya bersama seniman lain untuk berekspresi.

“Waktu itu opening ada pak walikota, dari situ kita berkeluh kesah (tentang keadaan kami). Terus, hasilnya gedung ini sekarang dikasih (untuk tempat berkarya) dan bersama dewan keseniannya juga dibentuk untuk memfasilitasi,” terangnya dalam siniar Beginu.

Dari segala pencapaian ini, Gindring mengaku bahwa sebenarnya ia tak pernah mengira akan dikenal seperti ini.

“Sebenarnya, awal mulanya gak kepikiran dikenal gitu. Emang berkarya awalnya dari hati, pengen mengekspresikan, lebih ke arah situ, Mas,” ungkapnya dengan penuh santun kepada Wisnu.

Ia lantas bercerita kapan awal mulanya menggeluti seni, “Dulu aku seperti anak-anak nakal pada umumnya, senang vandal di jalan. Itu mulai SMA kelas dua. Mulai dari situ, pergaulan berjalan dan dapat referensi yang banyak dan jadilah sekarang.”

Masih banyak lagi cerita-cerita hidup dan latar belakang berseni Gindring yang ia ceritakan kepada Wisnu melalui siniar (podcast) Beginu episode “Tengkorak Manusia, Seram Bukan Tipu Muslihat” di Spotify.

Dengarkan lebih lengkapnya melalui tautan berikut dik.si/beginu_gindring1.

Beginu merupakan siniar yang dipandu oleh Wisnu Nugroho, seorang jurnalis, penulis, sekaligus Pemimpin Redaksi KOMPAS.com.

Di sana, ia membahas pergumulan, paradoks, pengalaman berkesadaran dalam hidup bersosok manusia lewat tokoh-tokoh yang inspiratif dan unik.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/07/220000965/kisah-street-artist-gindring-waste-yang-inspiratif

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke