Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Estetika Modulasi Bandar Jakarta Menggetar Sukma

Tersedia aneka ragam jurus modulasi mulai dari yang mendadak pindah tangga nada sampai yang berkepanjangan berbelit-belit menempuh jalur dominan dan/atau sub-dominan sampai double-dominan dan/atau double-sub-dominan, bahkan triple dan selanjutnya sampai seolah tak kenal batas maksimalnya.

Dengan sendirinya modulasi tidak dibutuhkan di khasanah musik atonal atau dodekafoni apalagi aleatorik yang memang tidak mengenal tangga nada.

Musik Jazz tidak terlalu dipusingkan oleh modulasi, sementara modulasi cukup problematis di
musik pentatonik universal mau pun slendro/pelog/Sunda di mana modulasi irama memang terkesan lebih utama ketimbang modulasi tangga nada.

Modulasi di semesta musik jelas beda dari modulasi di semesta politik yang menatalaksana modulasi ideologi misanya dari komunis menjadi kapitalis seperti yang terjadi di Republik Rakyat China atau dari diktator ke demokrasi yang masih tertatih- tatih terjadi di Indonesia.

Kembali ke semesta musik, satu di antara mahakarya modulasi yang paling saya takjub adalah alur dan arus gerak-gerik modulasi yang terkandung di dalam lagu Bandar Jakarta mahakarya Iskandar.

Harmoni Bandar Jakarta berawal secara lazim, yaitu pada tonika yang lazimnya disusul sub dominan atau dominan namun langsung disusul double-dominan sebagai gerbang modulasi ke tangga nada dengan interval kuint di atas tangga semula.

Berarti jika semula tangga nada Bandar Jakarta adalah C mayor, maka dalam dua bait langsung beranjak ke dominan untuk kemudian bermodulasi ke tangga nada G mayor melaui akord D mayor tujuh yang sangat nikmat difungsikan sebagai cengkok henti sebelum masuk ke tangga nada G mayor sebagai mi alias nada ke tiga.

Lagu berlanjut pada alur gerak tangga nada G mayor yang diperkuat dengan nada fis yang jelas bukan termasuk gerak tangga C mayor tetapi memang G mayor untuk kemudian mendarat di nada pertama tangga nada G mayor.

Menakjubkan bagaimana Iskandar sengaja menghadirkan masa jeda dua bait untuk memberi kesempatan kepada para pemusik untuk mengisi masa jeda tersebut dengan improvisasi masing-masing namun tetap pada harmoni G mayor sebelum secara mendadak melodi mulai bergerak pada tangga nada F mayor sebelum berkembang ke sana ke mari melalui beberapa lorong modulasi untuk akhirnya kembali ke tangga nada fitrah, yaitu C besar.

Modulasi yang dilakukan Iskandar dari G ke F di bagian tengah Bandar Jakarta pada hakikatnya melanggar undang-undang ilmu harmoni akademis yang tegas melarang gerak harmoni dominan ke sub dominan sebab mengandung dosa utama ilmu harmoni akademis Barat, yaitu gerak interval kuin sejajar.

Namun justru pada pelanggaran peraturan akademis tersebut Iskandar memperoleh kesempatan mengerahkan segenap kesaktian estetikal dirinya untuk membuktikan bahwa teori musik memang bisa membuat manusia mampu menganalisa komposisi yang sudah jadi (seperti yang saya lakukan terhadap Bandar Jakarta), namun sama sekali bukan merupakan jaminan untuk mampu menciptakan karya musik yang belum jadi menjadi jadi apalagi musik kelas langitan mahafantastis seperti Bandar Jakarta (seperti yang tidak mampu saya lakukan).

Pada hakikatnya arus alur gerak berbelit modulasi maha rumit maka maha indah yang terkandung di dalam Bandar Jakarta merupakan suatu keajiban daya cipta manusia yang tak pernah henti menggetar sukma kalbu jiwa raga saya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/30/054500265/estetika-modulasi-bandar-jakarta-menggetar-sukma

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke