KOMPAS.com - Seorang pria asal Austria berusia sekitar 50 tahun terkonfirmasi terinfeksi penyakit kelamin raja singa, dikenal juga sifilis atau gonore super langka pada April 2022.
Ilmuwan menyebut temuan ini langka sebab infeksi raja singa tersebut resisten atau tak mempan dengan antiobiotik yang biasa digunakan.
Hal itu juga yang menyebabkan ilmuwan khawatir apabila infeksi tersebut akan mejadi ancaman kesehatan global di masa depan.
Resisten dengan antibiotik
Strain super yang ditemukan pada pria Austria itu dilaporkan resisten terhadap ceftriaxone dan azithromycin, serta sejumlah antibiotik lain yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit ini.
Termasuk antibiotik cefixime, cefotaxime, ciprofloxacin, dan tetrasiklin.
Dikutip dari Newsweek, Rabu (22/6/2022), pria paruh baya itu mengaku mengalami rasa sakit ketika buang air kecil.
Rasa sakit itu juga ditandai dengan keluarnya cairan dari uretra.
Sementara itu, Dr Olwen Williams, Kepala British Association for Sexual Health and HIV mengatakan, munculnya jenis baru gonore yang sangat resisten ini menjadi perhatian besar.
"Kami khawatir masalahnya akan memburuk karena pemotongan dramatis yang telah diberikan pada anggaran kesehatan masyarakat. Mengkhawatirkan ini telah meninggalkan layanan kesehatan seksual pada 'titik kritis', dengan penutupan klinik datang pada waktu yang paling buruk," kata dia dikutip dari BBC.
Berhubungan seks tanpa kondom
Menurut informasi yang dihimpun, pria tersebut tertular penyakit gonore setelah berhubungan seks dengan seorang pekerja seks di Kamboja tanpa memakai kondom.
Lima hari setelahnya, ia pergi ke ahli urologi untuk memeriksakan kondisi tubuhnya karena mengalami rasa sakit saat kencing.
Setelah diperiksa, pria itu didiagnosis mengalami gonore dan diberi resep antibiotik pengobatan biasa.
Namun, dua minggu kemudian, ia menjalani tes PCR pada sampel uretra dan hasilnya positif gonore atau sifilis.
Uji kesembuhan menggunakan sampel kultur uretra, rektal dan faring negatif, namun tes PCR dari sampel kultur swab uretra adalah Nisserria gonorrhoeae menunjukkan hasil positif.
Obat bisa tidak efektif
Dikutip dari eurosurveillance, Nisseria gonorrhoeae adalah bakteri patogen penyebab gonore dan berbagai gejala sisa yang cenderung terjadi ketika infeksi asimtomatik naik ke dalam saluran genital atau menyebar ke jaringan distal.
Bakteri ini sangat resisten terhadap antibiotik dan menyebabkan sejumlah pengobatan raja singa atau sifilis tidak efektif.
Karena tidak ada isolat gonokokal pasca perawatan yang tersedia, kasus ini dianggap sebagai kemungkinan kegagalan pengobatan.
Lantaran obat-obatan tersebut tidak ampuh untuk mengobati N. gonorrhoeae, maka dokter pun masih berupaya mencari obat yang cocok untuk pria paruh baya itu.
Jenis gonore super langka
Berdasarkan hasil uji kepekaan antimikroba, pengobatan tambahan dengan asam amoksisilin-klavulanat (1 g) ditentukan dua kali sehari selama 7 hari.
Pada tes penyembuhan setelah perawatan kedua ini, sampel uretra adalah N. kultur gonorrhoeae negatif, sayangnya, tidak ada sampel PCR urin yang tersedia.
Sementara itu, pasien negatif Chlamydia trachomatis PCR dan dan Mycoplasma genitalium.
Dalam pemeriksaan medis lainnya, pasien menolak untuk melakukan tes HIV dan sifilis.
Adapun jenis gonore yang resisten pada pria itu ternyata terkait erat dengan jenis yang dikenal sebagai " WHO Q", yang sebelumnya telah dikaitkan dengan tiga kasus gonore pada tahun 2018, semuanya terkait dengan Asia Tenggara.
Setelah perawatan ini, pria itu akhirnya bebas gonore.
Kasus yang jarang terjadi
Sementara kasus super-gonore yang resistan terhadap obat masih relatif jarang, tetapi jumlahnya meningkat.
Membahas resistensi gonore terhadap antibiotik, disebutkan bahwa ada beberapa cara pencegahan, yakni:
Lebih lanjut, peningkatan pengawasan resistensi antimikroba, idealnya termasuk uji penyembuhan dan sekuensing seluruh genom, secara nasional dan internasional, khususnya di Asia.
Sebab, di Asia merupakan wilayah di mana banyak strain resisten ceftriaxone tampaknya telah muncul. Oleh karena itu, penting untuk melakukan sekuensing seluruh genom.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/29/182800565/ilmuwan-cemas-setelah-temukan-raja-singa-langka-tak-mempan-antibiotik