Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Riset dan Kendali Risiko Sampah Plastik di Laut

Kini perhatian dunia tertuju ke laut sebagai sumber pasokan pangan, energi, dan upaya mitigasi atau kendali risiko-risiko pemanasan global atau perubahan iklim. Khusus Indonesia, akhir Januari 2019, pers dunia mulai menyoroti sampah plastik di negeri ini. Pemerintah membangun kesadaran lingkungan atau kultur daur-ulang sampah di zona Indonesia. Total penduduk 260 juta jiwa, 714 suku dan 1.100 lebih bahasa daerah, awal abad ini tersebar pada sekitar 17.000 pulau, 34 provinsi, 514 kabupaten dan kota.

Pada 13 Februari 2015, sejumlah ahli sampah asal Amerika Serikat (AS) dan Australia
merilis hasil riset di jurnal Science dengan judul Plastic waste inputs from land into the ocean. Laporan riset itu menyebut, separuh dari 3,2 juta ton sampah plastik di seluruh Indonesia per tahun migrasi dari daratan masuk ke laut Indonesia. Tim peneliti itu berasal dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset.

Para ahli itu berupaya meneliti dan mengkaji data sampah, kepadatan penduduk, dan status ekonomi guna menghitung massa sampah plastik dari darat ke laut. Tim ahli itu meneliti dan mengkaji 275 juta metrik ton (MT) sampah plastik pada pantai 192 negara tahun 2010. Hasilnya, sekitar 4,8 – 12,7 juta MT sampah plastik masuk ke laut.

Penelitian tim ahli itu menemukan bahwa kepadatan penduduk dan kualitas sistem manajemen daur-ulang sampah, sangat menentukan jumlah sampah hanyut dari darat ke laut (Science, 2015).

Maka langkah sangat jitu, jika Pemerintah Indonesia berhasil mengurangi sekitar 70 persen sampah plastik di laut tahun 2025 dengan biaya sekitar satu miliar dollar AS per tahun (Yuddy Cahya, et al., 2019).

Akhir-akhir ini, para ahli di berbagai negara sangat peduli risiko aliran sampah plastik ke laut. Misalnya, tim peneliti University of Georgia (Amerika Serikat) mengkaji dampak kebijakan Tiongkok (“National Sword”) tahun 2017 yang melarang impor sampah plastik non-industri sejak Januari tahun 2018.

Hasilnya, diperkirakan lebih dari 100 juta MT plastik per tahun skala global akan berkurang, akibat kebijakan itu. Hasil riset itu dirilisScience Advances edisi Juni 2018.

Penelitian tentang penyu

Sejumlah ahli juga giat meneliti penyu sebagai patokan kesehatan laut dan ekosistem
kelautan. Misalnya, biolog kelautan Jennifer Lynch dari National Institute of Standards and Technology (NIST) di Amerika Serikat (AS), berupaya mengkaji lebih dari 100 riset tentang penyu selama 50 tahun terakhir di seluruh dunia.

Hasil penelitian Lynch telah dirilis jurnal Environmental Science and Technology edisi September 2018. Lynch mengkaji (meta-analysis) 131 laporan ilmiah sampah plastik dari perut penyu sejak tahun 1970.

Hasilnya, dua spesies penyu paling berisiko menelan sampah plastik yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata) berat 150 pon dan sangat terancam punah di Atlantik dan penyu hijau (Chelonia mydas) dengan berat 350 pon, terancam punah di Atlantik dan Pasifik.

Riset dan kajian Lynch tentu sangat berguna. Sebab di zona Indonesia, misalnya tahun 2018,
pers merilis laporan tentang penyu mati dengan perutnya berisi sampah plastik antara lain awal Desember 2018, di pantai wisata Congot, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada November 2018, penyu mati mengambang, akibat konsumsi sampah plastik di perairan Pulau Pari (Kepulauan Seribu Jakarta). Ini hanya contoh bahwa sampah plastik memicu risiko serius terhadap kehidupan satwa laut dan kehidupan rakyat kita.

Pemerintah Indonesia perlu memperkuat riset tentang sampah plastik di darat dan di luat. Sebab kendali risiko sampah plastik sangat urgen bagi bangsa Indonesia yang tinggal dan hidup di negara kepulauan dengan luas lautan lebih besar dari daratan.

Kita bacara hasil penelitian Dr Tommy Cedervall et al (2018) dari Lund University, Swedia, bahwa sebagian besar sampah di laut adalah plastik. Sekitar 10 persen sampah plastik di dunia masuk ke laut; risikonya adalah degradasi ekosistem kelautan akibat nano-partikel plastik.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/23/070000665/riset-dan-kendali-risiko-sampah-plastik-di-laut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke