Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Gunung Toba Masih Aktif, Bisa Meletus Lagi Kapan Saja

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah mempelajari supervolcano purba di Indonesia dan menemukan gunung berapi tersebut tetap aktif dan berbahaya selama ribuan tahun setelah letusan super, mendorong perlunya memikirkan kembali bagaimana peristiwa yang berpotensi bencana ini diprediksi.

Gunung berapi purba yang dimaksud adalah Gunung Toba. Studi ini dipimpin oleh para peneliti dari Oregon State University.

Studi ini ditulis bersama oleh para peneliti dari Universitas Heidelberg, Badan Geologi Indonesia, Dr Jack Gillespie dari Curtin's School of Earth and Planetary Sciences dan The Institute for Geoscience Research (TIGeR) yang merupakan Lembaga penelitian ilmu bumi unggulan Curtin.

Melansir Science Daily, 3 September 2021, Professor Martin Danisik, penulis utama Australia dari John de Laeter Center yang berbasis di Curtin University, mengatakan gunung berapi super sering meletus beberapa kali dengan interval puluhan ribu tahun antara letusan besar tetapi tidak diketahui apa yang terjadi selama periode tidak aktif.

"Memperoleh pemahaman tentang periode tidak aktif yang panjang itu akan menentukan apa yang kita cari di supervolcano muda yang aktif untuk membantu kita memprediksi letusan di masa depan," kata Professor Danisik.

Letusan super adalah salah satu peristiwa paling bencana dalam sejarah bumi, gunung berapi dapat mengeluarkan magma dalam jumlah besar hampir seketika.

Letusan tersebut dapat berdampak pada iklim global hingga membuat Bumi mengalami 'musim dingin vulkanik', yang merupakan periode dingin yang tidak normal dan dapat mengakibatkan kelaparan yang meluas serta gangguan populasi.

"Mempelajari cara kerja supervolcano penting untuk memahami ancaman masa depan dari letusan super yang tak terhindarkan, yang terjadi sekitar 17.000 tahun sekali," ujarnya.

Professor Danisik mengatakan, tim telah menyelidiki nasib magma yang tertinggal setelah letusan super Toba 75.000 tahun yang lalu.

Mereka menggunakan mineral feldspar dan zirkon, yang berisi catatan waktu independen berdasarkan akumulasi gas argon serta helium sebagai kapsul waktu di batuan vulkanik.

Dengan menggunakan data geokronologis, inferensi statistik, dan pemodelan termal ini, pihaknya menunjukkan bahwa magma terus mengalir keluar di dalam kaldera, atau depresi dalam yang diciptakan oleh letusan magma, selama 5.000 hingga 13.000 tahun setelah letusan super.

"Kemudian karapas dari magma sisa yang dipadatkan didorong ke atas seperti cangkang kura-kura raksasa," lanjut Danisik.

Temuan itu menantang pengetahuan yang ada.

Dalam mempelajari letusan biasanya melibatkan pencarian magma cair di bawah gunung berapi untuk menilai bahaya di masa depan.

Menurut Danisik, sekarang ilmuwan harus mempertimbangkan bahwa letusan dapat terjadi bahkan jika tidak ada magma cair yang ditemukan di bawah gunung berapi.

Hal ini menunjukkan bahwa konsep tentang apa yang 'meletus' perlu dievaluasi kembali.

Danisik juga mengatakan bahwa letusan super dapat berdampak secara regional dan global.

Pemulihan mungkin butuh waktu beberapa dekade atau bahkan berabad-abad. Tapi hasil penelitiannya tidak berhenti sampai di situ.

"Hasil kami menunjukkan bahaya belum berakhir dengan letusan super dan ancaman bahaya lebih lanjut ada selama ribuan tahun setelahnya," imbuhnya.

Melansir Independent, 5 September 2021, sampai saat ini secara luas diperkirakan bahwa kemungkinan ledakan bergantung pada keberadaan magma cair di bawah gunung berapi.

Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan Danisik dan para peneliti dari seluruh dunia ditemukan bukti bahwa letusan dapat terjadi bahkan jika tidak ada magma cair yang ditemukan.

Letusan super Danau Toba yang terjadi sekitar 75.000 tahun lalu telah menyebabkan musim dingin global selama bertahun-tahun.

Tetapi fakta bahwa magma tampaknya terus mengalir hingga 13.000 tahun setelahnya yang menarik perhatian para ilmuwan, karena hal itu mungkin menunjukkan bahwa letusan dapat terjadi tanpa kehadiran magma cair di tempat pertama.

“Mempelajari kapan dan bagaimana magma yang dapat meletus terakumulasi, serta bagaimana keadaan magma sebelum dan sesudah letusan tersebut, sangat penting untuk memahami gunung berapi super,” kata Danisik.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/10/080500065/studi--gunung-toba-masih-aktif-bisa-meletus-lagi-kapan-saja

Terkini Lainnya

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke