Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Membujuk Orang agar Bersedia Divaksin Covid-19

Beberapa alasan biasanya karena mereka termakan hoaks. Misalnya, vaksin akan menginfeksi orang lemah karena mengandung virus yang dilemahkan.

Ada pula hoaks lainnya seperti vaksin mengandung chip, menyebabkan impotensi, mengakibatkan kepunahan manusia, menyebabkan kematian dini dan lainnya.

Informasi hoaks itu beredar dari grup ke grup WhatsApp hingga media sosial. Akibatnya, ada orang yang menolak vaksin karena kerap menerima informasi hoaks tersebut.

Ada juga mereka yang ragu divaksin karena takut efek sampingnya seperti badan lemah, sakit kepala, dan kedinginan, dan lain sebagainya.

Banyak orang yang menolak atau ragu divaksin dengan sejumlah alasan itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika Serikat kejadiannya sama.

Melansir Healthline, vaksinasi di Amerika Serikat mengalami pelambatan. Penduduk dewasa yang bersedia divaksin baru 68 persen.

Para ahli pun mencari cara baru untuk membujuk orang agar bersedia divaksin.

Cara membujuk orang agar divaksin Covid-19

Sebuah suvei baru dari Kaiser Family Foundation (KFF) Covid-19 Vaccine Monitor dilansir Healthline.com menemukan 21 persen orang dewasa yang pada Januari 2021 menunggu divaksinasi, akhirnya berhasil disuntik vaksin.

Mereka berubah pikiran setelah melihat orang-orang terdekatnya yang tidak mengalami efek samping serius setelah divaksin.

"Sayangnya, keraguan terhadap vaksin menyebar secepat Covid-19," kata Dr Eric Ascher, seorang dokter keluarga pada Lenox Hill Hospital di New York.

"Satu kisah dengan misinformasi bisa beredar sangat cepat di media, dan kami lihat hal itu. Apa yang kami ketahui adalah informasi selama berabad-abad tentang cara kerja vaksin, dan profil keamanannya,” lanjut Eric.

Eric mengatakan, cara terbaik untuk mengatasi mereka yang ragu-ragu untuk divaksin adalah dengan menyebarkan informasi arti penting vaksin yang dikumpulkan dari ilmuwan dan dokter.

Hal itu untuk membantu membongkar mitos-mitos lazim tentang vaksin.

"Cara terbaik untuk melawan keraguan (vaksin) adalah berbagi informasi yang dikumpulkan para ilmuwan dan dokter tentang vaksin untuk membongkar mitos-mitos di masyarakat (tentang vaksin)," tandas Eric.

Sementara itu, Dr William Schaffner, profesor kedokteran pada divisi penyakit infeksi di Vanderbilt University School of Medicine di Nashvlle, Tennessee, membagikan tips membujuk orang-orang terdekat untuk bersedia divaksin.

Kata Schaffner, membujuk orang agar divaksin bisa dilakukan dengan berbicara dari hati ke hati. Jangan meremehkan mereka yang menolak vaksin.

"Saya selalu kembali ke gagasan bahwa Anda menangkap lebih banyak lalat dengan madu daripada cuka,” kata Schaffner.

“Tidak menghormati seseorang yang telah menolak vaksinasi sejauh ini tidak akan membuat Anda berhasil membujuk mereka. Anda tidak boleh meremehkan mereka."

"Anda harus selalu menghormati kekhawatiran mereka dan memahami bahwa keraguan mereka valid, dan kemudian mencoba membantu mereka mengatasi keraguan itu dengan membuat mereka cukup nyaman untuk memutuskan menerima vaksin.”

Cara lainnya yang cukup efektif untuk membujuk orang agar bersedia divaksin adalah dengan menjelaskan secara bijak efek sampingnya.

Memang benar bahwa vaksin memiliki beberapa efek samping umum. Namun penting untuk diketahui bahwa gejala dan risiko terkena Covid-19 akan jauh lebih serius dibanding efek samping vaksin.

“Lengan yang sakit dan demam ringan, nyeri tubuh, sakit kepala, dan kedinginan selama 24 hingga 48 jam jauh lebih diterima daripada harus dirawat inap di ICU rumah sakit atau bahkan lebih buruk lagi, kematian," kata Ascher.

Ascher mengatakan, vaksin itu 90 hingga 100 persen efektif melawan rawat inap dan kematian. Itulah luar biasanya kekuatan vaksin.

Memang ada sejumlah kasus vaksinasi menimbulkan efek samping serius. Namun jumlahnya lebih sedikit dibanding keberhasilan vaksin.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/01/214227865/cara-membujuk-orang-agar-bersedia-divaksin-covid-19

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke