Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenang Nawal El Saadawi, Penulis dan Pejuang Hak Perempuan dari Mesir

Dilansir dari CNN, berdasarkan surat kabar yang dikelola Pemerintah Mesir bernama Al-Ahram, El Saadawi meninggal dunia pada usianya yang ke-89 tahun.

Di hari kematiannya, akun Twitter resmi @NawalElSaadawi1 mengunggah sebuah twit "Aku akan mati, dan kamu akan mati. Yang penting adalah bagaimana hidup sampai kamu mati," tulisnya.

Dilansir dari BBC, keluarga El Saadawi sempat mencoba memenikahkannya saat usia El Saadawi masih 10 tahun.

Ia menolak. Ibunya pun ada di sisinya dan mendukung El Saadawi. Orangtuanya mendukung El Saadawi dalam dunia pendidikan.

Sejak kecil ia sudah sadar, anak perempuan kurang dihargai daripada anak laki-laki.

Pada suatu hari, neneknya mengatakan bahwa seorang anak laki-laki berharga setidaknya 15 perempuan dan perempuan adalah penyakit busuk.

Pengalaman traumatis semasa kecil lainnya adalah mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) pada usia 6 tahun.

Dalam bukunya, The Hidden Face of Eve, dia menggambarkan menjalani prosedur yang menyakitkan di lantai kamar mandi, saat ibunya berdiri di sampingnya.

Dipecat karena tulisan

El Saadawi menyelesaikan novel pertamanya pada usia 13 tahun.

Ia lulus dengan gelar kedokteran dari Universitas Kairo pada 1955 dan bekerja sebagai dokter. Sampai akhirnya mengambil spesialisasi di bidang psikiatri.

Karirenya berlanjut sampai kemudian menjadi direktur kesehatan masyarakat oleh Pemerintah Mesir.

Di sela kesibukannya, El Saadawi tetap menulis. Ia pun menerbitkan buku nonfiksi berjudl Women and Sex, yang mengulas tentang hak perempuan, penindasan seksual, dan FGM.

Bukunya kontroversial dan pada 1972. Pemerintah memecat El Saadawi karena buku itu.

Setahun berikutnya, Majalah Health yang dirikan oleh El Saadawi juga dibredel.

Namun, represi pemerintah tak berhenti untuk mengungkapkan kebenaran dan perjuangannya atas hak perempuan di Mesir.

Pada 1975, El Saadawi menerbitkan novel Perempuan di Titik Nol, yang diangkat dari kisah kehidupan nyata seorang wanita terpidana mati yang ditemuinya.

Selanjutnya, pada 1977 terbit dokumentasi Hidden Face of Eve, di mana dia mendokumentasikan pengalamannya sebagai seorang dokter desa yang menyaksikan pelecehan seksual, pembunuhan demi kehormatan dan prostitusi.

Dilansir dari Al Jazeera, kelompok agamis menggambarkan El-Saadawi sebagai kekuatan penghancur dalam wacana sosial dan budaya Mesir modern.

Pada September 1981, El Saadawi ditangkap dengan tuduhan pembangkang di masa pemerintahan Presiden Anwar Sadat. Ia ditahan di penjara selama tiga bulan.

Bui tak menghentikannya. Selama di penjara, El Saadawi menulis memoarnya di atas kertas toilet, menggunakan pensil alis yang diselundupkan kepadanya oleh seorang pekerja seks yang dipenjara.

Setelah Presiden Sadat dibunuh, El Saadawi dibebaskan.

Dia telah menulis lebih dari 24 buku dalam bahasa Arab. Akan tetapi, karya-karyanya disensor dan buku-bukunya dilarang di Mesir.

Pada tahun-tahun berikutnya, dia menerima ancaman pembunuhan dari fundamentalis agama, dibawa ke pengadilan, dan akhirnya diasingkan di Amerika Serikat (AS).

Dituduh bidah

Pada 1982 , ia mendirikan Asosiasi Solidaritas Perempuan Arab dengan El Saadawi sebagai presidennya.

Akan tetapi, pada Juni 1991, Pemerintah Mesir menutup paksa asosiasi tersebut dan mengalihkan dana asosiasi ke Asosiasi Perempuan Islam

El-Saadawi bekerja sebagai profesor tamu di Duke University, di AS, antara 1993 dan 1994 dan mengepalai Program Wanita di UN-ECWA, di Beirut.

Pada Juni 2001 El Saadawi didakwa oleh pengadilan Mesir atas tuduhan ajaran sesat di Kairo.

Seorang pengacara Mesir, Nabil al-Wahsh, mengajukan pengaduan terhadapnya karena dianggap tidak menghormati agama.

Tak menemukan bukti kuat, pengadilan urusan sipil Kairo pun membebaskannya pada 30 Juli 2001 dan membatalkan semua dakwaan terhadapnya.

El Saadawi sempat kembali ke Mesir, negara yang dicintainya pada 1996. Kepulangannya langsung menimbulkan keributan.

Ia sempat mencalonkan diri untuk menjadi presiden dalam pemilihan umum 2004. Ia bahkan berada di Lapangan Tahrir Kairo untuk melakukan pemberontakan tahun 2011 melawan Presiden Hosni Mubarak.

Pemikiran El Sadaawi

El Saadawi sangat vokal terhadap doktrin agama yang menegasikan hak perempuan, kolonialisme, dan kemunafikan 'barat'.

Tak hanya Islam, yang jadi agama mayoritas warga di Mesir, ia bahkan mengkritik semua agama.  

Atas karya dan pemikirannya, El Saadawi menerima banyak gelar kehormatan dari universitas di seluruh dunia.

Pada 2020, majalah Time menobatkannya sebagai salah satu dari 100 Women of the Year dan mendedikasikan sampul depan untuknya.

"Mereka tidak menyadari hubungan antara pembebasan perempuan di satu sisi dan ekonomi dan negara di sisi lain. Banyak yang menganggap hanya patriarki sebagai musuh mereka dan mengabaikan kapitalisme korporat," kata Saadawi.

Di akhir kehidupannya, El Saadawi menghabiskan tahun-tahunnya di Kairo bersama dengan putra dan putrinya.

Selamat jalan dan terima kasih Nawal El Saadawi!

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/22/145400965/mengenang-nawal-el-saadawi-penulis-dan-pejuang-hak-perempuan-dari-mesir

Terkini Lainnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

Tren
Kemenhub Pangkas Bandara Internasional dari 34 Jadi 17, Ini Daftarnya

Kemenhub Pangkas Bandara Internasional dari 34 Jadi 17, Ini Daftarnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke