Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Video Viral Katak Disebut Mirip "Tuyul Air", Begini Penjelasan LIPI

KOMPAS.com - Ramai di media sosial unggahan video menampilkan katak putih dengan kepala mengembang, sedang berenang di dalam air.

Salah satunya seperti diunggah oleh akun Instgram @makassar_iinfo, Sabtu (20/3/2021).

"Tuyul air? African Clawed Frog atau katak bercakar dari Afrika ini, merupakan salah satu hewan yang berada di Museum Discovery, yang berada di kawasan Kota Mini Floating Market. Sesuai namanya, hewan ini berasal dari Sahara, Afrika," tulis akun tersebut.

Penjelasan LIPI

Peneliti Bidang Herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy menyebutkan, katak yang disebut seperti tuyul air itu adalah xenopus laevis atau katak pencakar afrika.

Ia mengatakan, katak itu banyak dan umum ditemui. Sering juga digunakan sebagai hewan percobaan di laboratorium.

"Asalnya memang dari Afrika, tetapi sudah banyak tersebar di seluruh dunia. Banyak dibudidayakan sebagai hewan peliharaan juga," ujar Amir kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu (21/3/2021).

Umumnya, katak yang juga bernama african clawed frog ini memiliki warna asli kecokelatan dengan sedikit hitam.

Mengalami kelainan

Sementara dalam video yang viral tersebut, katak pencakar afrika berwarna putih dengan bentuk kepala yang mengembang.

Menurut Amir, katak itu mengalami kelainan.

"Yang di video itu saya lihat kataknya berwarna putih, kemungkinan karena albino atau leucistic. Artinya kelainan pigmentasi di dalam tubuh katak atau hewan-hewan yang lain," tutur Amir.

"Lalu yang kelihatan besar kepalanya dan dikatakan seperti tuyul itu kemungkinan karena hidrosefalus di katak itu," tambah dia.

Kemungkinan hidrosefalus

Bukan hanya dialami oleh manusia, hidrosefalus yang mungkin disebabkan karena infeksi bakteri sehingga membuat kepala membesar, menurut Amir hal tersebut juga dapat dialami oleh hewan.

Dikatakannya, jika hewan sudah dibudidayakan, akan membuat asal-usul genetiknya menjadi bercampur.

"Nah biasanya banyak penyakit-penyakit kelainan seperti itu. Sehingga itu (katak) mengalami kelainan karena penyakit pada hewan hasil budidaya dan statusnya juga albino kalau tidak ya leucistic," jelas Amir.

Adapun perbedaan antara albino dan leucistic, dapat dilihat dari warna matanya. Jika berwarna merah, dapat dipastikan albino, apabila tidak merah, maka leucistic.

Mengenai sifat dari katak ini, Amir menuturkan bahawa sifatnya tidak agresif.

"Kalau agresif sih enggak, semua katak kan predator ya, karnivora, pemakan ikan, serangga air, berudu lain, ya mungkin jadi mangsa dia (katak) di habitat aslinya," papar dia.

Lebih lanjut Amir menjelaskan, populasi katak bernama ilmiah xenopus laevis ini tidak terancam lantaran banyak tersebar dan dipelihara.

"Jadi dalam konteks keterancaman jenis, itu enggak terancam. Aman," pungkas Amir.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/21/130000165/video-viral-katak-disebut-mirip-tuyul-air-begini-penjelasan-lipi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke