KOMPAS.com - Sebuah studi baru menemukan bahwa virus corona penyebab Covid-19 dapat bertahan pada beberapa jenis kain dan menyebar hingga 72 jam atau tiga hari.
Studi dilakukan oleh para peneliti di De Montfort University (DMU) di Leicester, Inggris.
Para peneliti melaporkan, jejak virus tetap dapat menular pada poliester, polycotton, dan 100 persen kain katun hingga tiga hari.
"Ketika pandemi pertama kali dimulai, sangat sedikit pemahaman tentang berapa lama virus corona dapat bertahan hidup di tekstil," ujar peneliti utama dan ahli mikrobiologi DMU Dr Katie Laird seperti dikutip dari BBC, Jumat (26/2/2021).
Risiko penularan virus
Menurut Katie, tiga jenis kain ini paling umum digunakan, sehingga menimbulkan risiko penularan virus.
"Jika perawat dan petugas kesehatan membawa pulang seragamnya, mereka dapat meninggalkan jejak virus di permukaan lain," ujar dia.
Dalam penelitiannya, digunakan tetesan model virus corona, disebut HCoV-OC4, yang mempunyai struktur dan pola kelangsungan hidup sangat mirip dengan SARS-CoV-2. Tetesan tersebut diberikan pada ketiga jenis kain.
Kemudian pada setiap jenis kain, virus dipantau selama 72 jam dalam pengaturan yang dikendalikan laboratorium.
Penelitian, yang saat ini tengah ditinjau sejawat, melaporkan bahwa poliester mempunyai risiko tertinggi menularkan virus, dengan partikel infeksius masih ada di kain setelah tiga hari.
Sementara itu, pada 100 persen kain katun dilaporkan virus bertahan selama 24 jam, sedangkan polycotton bertahan selama enam jam.
Metode pencucian
Melansir CTV News, para peneliti juga mengevaluasi metode pencucian untuk menghilangkan virus pada bahan-bahan ini.
Penelitian dilakukan pada 100 persen kain katun, dengan beberapa tes menggunakan suhu air dan metode pencucian yang berbeda, seperti mesin cuci rumah tangga, mesin cuci industri, mesin cuci rumah sakit, dan sistem pencucian gas yang sangat efektif.
Hasilnya menunjukkan, efek agitasi dan pengenceran air di semua mesin cuci sudah cukup menghilangkan virus.
Namun, peneliti mencatat saat kain ditetesi air liur buatan yang mengandung virus, meniru risiko penyebaran dari mulut orang yang terinfeksi, dilaporkan jejak virus tetap bertahan setelah dicuci menggunakan mesin cuci rumah tangga.
Dalam kasus ini, terungkap bahwa dengan menambahkan deterjen dan meningkatkan suhu air, virus benar-benar hilang.
Berdasarkan penelitian, virus stabil di suhu air 60 derajat celcius dan menjadi tidak aktif pada suhu 67 derajat celcius.
Potensi penularan
Para peneliti pun mengevaluasi risiko kontaminasi yang ditimbulkan selama pencucian.
Tim mengevaluasinya dengan menempatkan pakaian bersih di tempat pencucian yang sama dengan seragam yang terkontaminasi virus.
Ditemukan, seluruh sistem pencucian menghilangkan virus dan tidak ada risiko pakaian lain yang terkontaminasi.
Meski begitu, ditegaskan bahwa pakaian yang terkontaminasi virus masih menjadi ancaman, dapat menularkan ke permukaan lain.
"Meskipun kami dapat melihat dari penelitian bahwa mencuci bahan-bahan ini pada suhu tinggi, bahkan di mesin cuci rumah tangga dapat menghilangkan virus, itu tidak menghilangkan risiko pakaian yang terkontaminasi meninggalkan jejak virus di permukaan lain, di rumah atau di mobil sebelum dicuci," jelas Laird.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/26/150000365/berapa-lama-virus-corona-bertahan-pada-permukaan-kain-ini-risetnya