Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO, Klaim Penurunan Kasus Covid-19 Harian, dan Analisis Ahli...

KOMPAS.com - Tren kasus harian Covid-19 dunia menunjukkan penurunan sejak 8 Januari 2021.

Menurut data Worldometers, pada 8 Januari 2021 jumlah kasus harian yang dilaporkan adalah 845.267 kasus. Jumlah tersebut adalah jumlah kasus harian terbanyak yang dilaporkan sejauh ini.

Setelah itu jumlah kasusnya naik turun, tapi tidak melebihi kasus 8 Januari 2021. Sehari setelah itu, yakni 9 Januari kasus harian yang dilaporkan 770.093 kasus.

Kemudian pada 10 Januari kasus hariannya turun lagi menjadi 644.420 kasus yang dilaporkan. Angkanya fluktiatif hingga saat ini.

Kasus harian yang dilaporkan pada 18 Januari adalah 482.282 kasus. Angkanya mencapai 300.000 kasus sehari tepatnya 394.899 pada 1 Februari.

Lalu terakhir pada 20 Februari kasus harian yang dilaporkan adalah 372.396 kasus.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, jumlah kasus virus corona secara global terus menurun selama lima minggu berturut-turut.

"Pekan lalu merupakan jumlah kasus mingguan terendah yang dilaporkan sejak Oktober 2020," ujar Tedros sebagaimana diberitakan Kontan, Selasa (16/2/2021).

Kendati demikian, semua pihak diminta tetap waspada.

"Apinya tidak padam, tapi kita telah memperkecil ukurannya. Jika kita berhenti melawannya di medan mana pun, itu akan datang kembali," imbuhnya.

Lantas, apa yang menyebabkan penurunnya kasus Covid-19 global?


Faktor yang memengaruhi

Saat dikonfirmasi, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof Zubairi Djoerban membenarkan bahwa jumlah kasus harian Covid-19 dunia menurun.

"Beberapa pekan terakhir, jumlah kasus harian Covid-19 dunia menurun secara dramatis. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, penurunan global yang cukup signifikan yakni sebesar 16 persen," katanya pada Kompas.com, Minggu (21/2/2021).

Menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan kasus harian Covid-19.

Penyebab utama menurutnya adalah adanya penguncian atau lockdown dan perilaku taat protokol kesehatan oleh masyarakat.

"Penurunan kasus Covid-19 bisa dikaitkan dengan banyak hal. Tapi yang utama adalah perilaku baik masyarakat dunia dan kepatuhan terhadap penguncian (lockdown), yang di Indonesia disebut PSBB atau PPKM," kata dia.

Zubairi menjelaskan memang di berbagai belahan dunia, konsep lockdown tidak disukai, tapi telah terbukti berhasil.

"Anda akan melihat kasus Covid-19 itu turun di wilayah dunia yang menerapkan kebijakan penguncian. Bisa dicek," tuturnya.


Kekebalan populasi

Ketika ditanya apakah Indonesia bisa menerapkan lockdown, menurutnya Indonesia memiliki sejumlah istilah yang dipergunakan, mulai dari PSBB, rem darurat, PPKM, dan PPKM mikro. Selain itu ditambah dengan 3M dan 3T.

Kalau semua itu dilaksanakan dengan baik, benar, adil tanpa pandang bulu, maka menurutnya hasilnya akan bagus.

Dia menyebut faktor lainnya adalah kebiasaan memakai masker dan menjaga jarak, apalagi di dalam ruangan.

Hal itu sangat membantu menurunkan kasus baru Covid-19. Sehingga diharapkan masyarakat Indonesia juga memperhatikan hal itu.

Di Indonesia, kesadaran memakai masker, imbuhnya mulai terbentuk, seperti yang terlihat di beberapa acara televisi Indonesia.

Selain itu, dia mengungkapkan ada dugaan dari para ahli tentang kekebalan populasi pada tingkat tertentu cukup membuat penyebaran virus corona melambat.


Musim dingin

Dia mengatakan hal itu seperti yang terjadi di India. Angka kasus Covid-19 di India turun dari 100.000 kasus per hari menjadi hanya 11.000.

Lalu apakah musim dingin turut memengaruhi penurunan kasus juga?

Hal itu menurutnya belum jelas. Tetapi di Amerika, cuaca musim dingin menghambat beberapa negara bagian melakukan pelacakan dan testing Covid-19 kepada warganya.

Sementara itu di Indonesia, penurunan angka testing juga terjadi, tapi bukan karena musim dingin.

Saat disinggung terkait penurunan kasus Covid-19 dengan program vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia, pihaknya belum bisa menjelaskan.

"Belum ada yang bisa menjelaskan dan perlu hitungan bulan untuk mengukur itu," katanya lagi.

Dia juga menuturkan kolumnis kesehatan ternama Martin Makary memprediksi, sebagian besar penyakit Covid-19 akan hilang pada April nanti.

"Opini itu ia sampaikan berdasarkan data laboratorium, matematika, literatur, dan percakapannya dengan para ahli. Baru prediksi. Semoga saja,"

Dia berharap jumlah kasus harian Covid-19 makin berkurang dan jumlah pasien rawat inap juga terus berkurang.

Sementara itu melansir Worldometers, tren kasus harian Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan penurunan. Akan tetapi masih fluktuatif.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/21/170400665/who-klaim-penurunan-kasus-covid-19-harian-dan-analisis-ahli-

Terkini Lainnya

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke