Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Tsunami Terjang Pantai Banten hingga Lampung, 437 Orang Meninggal

KOMPAS.com - Hari ini 2 tahun lalu, atau tepatnya pada 22 Desember 2018 terjadi tsunami di Selat Sunda.

Diberitakan Harian Kompas, 24 Desember 2018, bencana tsunami menerjang Provinsi Banten dan Provinsi Lampung.

Kejadiannya berlangsung pada Sabtu (22/12/2018) malam hingga Minggu (23/12/2018) pukul 22.00 WIB.

Dampak terparah dirasakan di Kabupaten Pandeglang, Banten.

Ketiadaan peringatan dini membuat masyarakat tidak memiliki waktu untuk menyelamatkan diri dan harta benda ke lokasi yang aman.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, tsunami di pesisir Banten dan Lampung tidak dipicu aktivitas tektonik karena tidak terekam gempa bumi sebelumnya.

Keterangan itu sekaligus mengoreksi keterangan BMKG sebelumnya, yang menyebutkan bahwa yang terjadi adalah gelombang pasang.

Lanjutnya, ada beberapa fenomena bencana yang berbeda, yang terjadi relatif bersamaan dan saling memengaruhi, sehingga resultantenya mengakibatkan dampak lebih parah melampaui perhitungan biasanya.

Bencana di Selat Sunda merupakan interaksi dari gelombang tinggi (fenomena meteorologi maritim) akibat cuaca ekstrem yang dampak ketinggian gelombangnya diperparah fenomena bulan purnama.

Lalu, dipengaruhi erupsi Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan tremor (getaran) pada dinding lereng di Kompleks Krakatau, dan akhirnya memicu longsor akibat runtuhnya dinding lereng.

Keduanya juga dipengaruhi terjadinya tsunami, yang juga merupakan dampak lanjut dari longsor bawah laut.

Menurut peneliti tsunami asal Indonesia yang bekerja di GNS Science, Selandia Baru, Aditya R Gusman, sumber tsunami diprediksi berada di sekitar Kepulauan Anak Krakatau dan waktu kejadian sumber tsunami pada 21.02 WIB.

Jika mengacu pada data tide gauge BIG (alat pemantau muka air laut di Serang) tsunami tiba paling awal di Serang, yaitu pukul 21.27 WIB.

Berikutnya, di Pelabuhan Panjang, Lampung, 21.53 WIB.

Berdasarkan data ini, waktu jeda tsunami dengan tibanya di pantai Serang sebenarnya cukup lama, yaitu sekitar 25 menit, sedangkan di Lampung 51 menit.

Dengan jeda waktu ini, tsunami di pesisir Banten dan Lampung seharusnya bisa dideteksi lebih awal.

Dia menghitung waktu tiba tsunami di pesisir berdasarkan data tide gauge BIG, ia menemukan lokasi sumber dan waktu peristiwa pemicu tsunami.

”Saya menggunakan metode backward tsunami propagation time berdasar waktu tiba sinyal di setiap stasiun guna mencari lokasi dan waktu kejadian di sumbernya,” katanya.

Mengutip Kompas.com, 31 Desember 2018, BNPB mencatat hingga 31 Desember 2018 pukul 13.00 WIB jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda adalah 437 orang.

Jumlah itu meliputi korban di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.

Dari lima kabupaten, daerah paling parah terdampak tsunami adalah Kabupaten Pandeglang. Tercatat, korban meninggal dunia di wilayah ini paling banyak, yaitu 296 orang.

Selain korban meninggal, tercatat 14.059 orang luka-luka, 16 orang hilang, dan 33.721 mengungsi.

BNPB juga mencatat, akibat tsunami yang terjadi Sabtu (22/12/2018), sebanyak 2.752 rumah rusak, 92 penginapan dan warung rusak, 510 perahu dan kapal rusak, serta 147 kendaraan rusak.

Mengutip Kompas.com, 25 Desember 2018, korban juga datang dari kalangan artis, yakni M Awal Purbani atau Bani yang merupakan bassis Seventeen.

Lalu disusul oleh Herman Sikumbang gitaris Seventeen dan Andi drummer Seventeen.

Selain itu istri Ifan Seventeen, Dylan Sahara juga meninggal dalam bencana tsunami tersebut. Dari grub Seventeen juga ada Road Manager Seventeen Oki Wijaya yang meninggal karena tsunami.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/22/093000165/hari-ini-dalam-sejarah--tsunami-terjang-pantai-banten-hingga-lampung-437

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

Tren
Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Tren
Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Tren
55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

Tren
Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Tren
Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Tren
Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Tren
8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Tren
20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

Tren
Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Tren
Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Tren
100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

Tren
5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

Tren
Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke