Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Sabo Dam, Solusi Penanggulangan Banjir Lahar Gunung Merapi...

KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melanjutkan pembangunan dan rehabilitasi Sabo Dam di Provinsi Jawa Tengah, untuk mengantisipasi banjir lahar dari Gunung Merapi.

Dikutip dari simantu.pu.go.id, 2 November 2020, tercatat dari 2018-2020, tengah dibangun tujuh Sabo Dam baru yang tersebar di Kabupaten Magelang dan Sleman.

Di sekitar wilayah Gunung Merapi, selain potensi banjir dan longsor, juga perlu diantisipasi terjadinya banjir lahar akibat letusan Gunung Merapi.

Untuk itu, sejak 1969 dilaksanakan program pengendalian banjir lahar Gunung Merapi guna menanggulangi dampak erupsi, salah satunya lewat pembangunan Sabo Dam.

Lantas, apa itu Sabo Dam?

Dilansir dari mgm.slemankab.go.id, Sabo sendiri berasal dari bahasa Jepang, "sa" yang berarti pasir dan "bo" yang berarti pengendalian.

Teknologi sabo ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1970 sejak kedatangan seorang tenaga ahli di bidang teknik sabo dari Jepang, Mr. Tomoaki Yokota.

Saat itu teknologi sabo dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen dan proses sedimentasi di Indonesia.

Sabo Dam merupakan terminologi umum untuk bangunan penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran lahar di sepanjang sungai yang berpotensi terlanda lahar.

Beberapa Sabo Dam seperti tanggul, cek dam dan konsolidasi dam telah dibangun di kawasan Gunung Merapi.

Sabo Dam merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada alur sungai.

Prinsip kerja Bangunan Sabo adalah mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan material atau pasir yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.

Sabo Dam dibangun dengan fungsi untuk mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan sedimen.

Tata letak pembangunan sabodam di daerah gunungapi dilakukan pada daerah produksi sedimen sampai dengan daerah pengendapan sedimen.

Di daerah tersebut batuan dasar alur sungai sudah tertimbun endapan hasil letusan gunungapi, sehingga letaknya cukup dalam.

Untuk itu, pondasi Sabo Dam dibuat mengambang dengan anggapan bahwa batuan pada pondasi tersebut memiliki karakteristik yang cukup keras.

Sabo Dam ini dibangun secara seri artinya bangunan yang satu mendukung bangunan lainnya, dengan jarak tertentu yang disyaratkan agar sabodam stabil dan aman dari gerusan lokal.

Pola pengendalian aliran lahar atau Sabo Dam memiliki perbedaan fungsi pada daerah yang berbeda-beda. Daerah Gunungapi berdasarkan pengendalian lahar dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

  • Daerah pengendapan lahar
  • Daerah transportasi lahar
  • Daerah sumber material lahar
  • Daerah puncak gunung.

Jenis-jenis bangunan Sabo Dam yang ada di Gunung Merapi berjumlah 264 buah dengan tipe yang berbeda-beda.

Dilansir dari litbang.pu.go.id, Badan Penelitian dan Pengembangan PU (Balitbang PU) memiliki institusi khusus yang meneliti bangunan Sabo Dam yang terletak di Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

Balai Sabo telah banyak melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sabo.

Tak hanya terbatas untuk pengendalian sedimentasi vulkanik, Balai Sabo juga meneliti sedimentasi di daerah non-vulkanik seperti permasalahan erosi dan tanah longsor.

Balai Sabo memiliki radar yang berfungsi mendeteksi curah hujan dan menjadi sumber basis data untuk perkiraan intensitas curah hujan.

Data ini kemudian digunakan untuk memperkirakan aliran banjir debris dan menjadi salah satu acuan untuk early warning system.

Balai Sabo juga turut serta dalam mengantisipasi bencana seperti survei yang dilakukan di Gunung Sinabung, Kelud, dan penelitian banjir bandang di Manado.

Konsep "the right sabo in the right place and in the right time" merupakan salah satu upaya mendorong penerapan teknologi sabo sebagai penguat kapasitas kawasan dalam menghadapi ancaman banjir lahar.

Zona pengendalian banjir

Pengendalian banjir lahar ini dibagi menjadi tiga zona yaitu daerah hulu (daerah produksi sedimen), daerah tengah (daerah transpor sedimen), dan daerah hilir (daerah endapan sedimen).

Penerapan teknologi sabo tergantung dari zonanya.

Di daerah hulu dilakukan dengan membangun dam seri tingkat (stepped dam) dan dam pengendali sedimen (check dam).

Selain itu penggunaan vegetasi juga penting untuk menghambat laju produksi sedimen.

Tujuannya pembangunan dam ini untuk menjaga longsoran tebing sungai akibat gerusan kaki tebing dan meredam tenaga gerusan.

Sementara itu, di daerah tengah digunakan dam konsolidasi (consolidation dam) dan kantong sedimen/lahar (sand pocket).

Hal tersebut dimaksudkan untuk memperlambat kecepatan banjir, menstabilkan dasar sungai, mengarahkan alur sungai, mengubah sifat aliran massa menjadi aliran individu, serta menahan dan mengendalikan material sedimen.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/22/190500965/mengenal-sabo-dam-solusi-penanggulangan-banjir-lahar-gunung-merapi-

Terkini Lainnya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke