Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Hal yang Perlu Diketahui soal Resesi Ekonomi, dari Pengertian hingga Dampaknya

KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020.

Menurut dia, di kuartal III ini perekonomian Indonesia kemungkinan akan mengalami kontraksi minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.

Adapun keseluruhan pertumbuhan ekonomi akhir tahun menurutnya juga akan berada pada kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.

Dengan adanya hal tersebut maka pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV menurutnya juga akan negatif.

Oleh sebab itu, maka tak menutup kemungkinan resesi ekonomi di Indonesia akan terjadi.

Lantas, apa itu resesi ekonomi?

Berikut 5 hal yang perlu diketahui soal resesi ekonomi yang diprediksi akan melanda Indonesia:

1. Pengertian resesi ekonomi

Ekonom senior Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Edhie Purnawan menjelaskan, resesi ekonomi adalah istilah dalam ilmu makroekonomi yang mengacu pada penurunan yang signifikan dalam kegiatan ekonomi.

Di mana, lanjutnya, konsensus dari para ekonom dunia menyatakan bahwa terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi riil selama dua kuartal secara berturut-turut (diminishing GDP) yang disertai dengan peningkatan jumlah pengangguran.

"Tetapi, kalau dengan acuan Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) di US yang biasanya secara resmi mengumumkan resesi, dinyatakan bahwa penurunan GDP riil selama dua kuartal berturut-turut itu tidak lagi menjadi definisi resesi," kata Edhie kepada Kompas.com, Jumat (7/8/2020).

Edhie menambahkan, NBER mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas perekonomian yang tersebar di seluruh (sebagian besar) sektor dalam perekonomian.

Dan itu berlangsung lebih dari beberapa bulan, yang biasanya bisa dideteksi dari jatuhnya GDP riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi sektor-sektor industri, dan penjualan grosir dan eceran.

Sementara itu, melansir Forbes, (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:

  • produk domestik bruto negatif (PDB) negatif
  • meningkatnya tingkat pengangguran
  • penurunan penjualan ritel
  • ukuran pendapatan
  • manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang

Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.

2. Yang perlu dipersiapkan

Di tengah situasi perekonomian saat ini dan kemungkinan resesi, masyarakat diimbau untuk lebih bijak mengelola keuangannya.

Mengutip Kompas.com (6/8/2020), Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan, masyarakat harus berjaga-jaga dan mengelola keuangan secara bijak dalam menghadapi risiko resesi.

"Tidak boros, memanfaatkan penghasilan secara bijak, usahakan terus menabung untuk bisa dgunakan ketika diperlukan," kata Piter.

Ekonom senior Didik J Rachbini juga menyarankan hal yang sama.

Di tengah kondisi yang serba terbatas ini, menurut dia, uang dinilai sebagai "raja", di saat-saat krisis betul-betul dipergunakan dengan bijak.

Sementara, mengutip Good Housekeeping UK, berikut adalah empat hal yang dapat dilakukan agar keuangan Anda tidak terdampak resesi:

Dikutip dari Kompas.com (4/8/2020), pakar finansial Ahmad Gozali mengatakan dampak resesi ekonomi, terutama pada masyarakat kelas bawah adalah tingkat pengangguran yang bertambah.

Gozali menyampaikan, ada beberapa cara untuk bertahan di tengah-tengah kondisi resesi, yakni:

  • Melindungi sumber penghasilan

Sebagai karyawan menurut dia sebaiknya tidak agresif pindah pekerjaan dahulu sebelum ada kepastian pekerjaan baru lebih stabil.

"Untuk yang punya usaha, pertimbangkan kembali rencana ekspansi," kata Gozali.

  • Miliki dana cadangan

Dia menyampaikan dana cadangan sebaiknya dijaga 3-12 kali pengeluaran bulanan dalam bentuk likuid.

"Artinya, kalau sekarang kurang dari itu, bisa ditambah dengan mengurangi aset risiko tinggi dan menambah likuiditas," kata Gozali.

  • Tahan pembelanjaan besar, terutama kredit

Apabila sebelumnya ada rencana kredit kendaraan atau rumah, maka perlu dipelajari lagi risikonya.

"Apakah cukup aman untuk melanjutkan rencana tersebut. Jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment)," jelas Gozali.

"Intinya dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Bahkan kalau bisa ditambah," sambung dia.

  • Tetap belanja secara rutin

"Karena pembelanjaan konsumtif rumah tangga untuk hal-hal penting di Indonesia justru menjadi salah satu pendorong ekonomi yang dominan," kata Gozali.

4. Depresi ekonomi

Jika resesi ekonomi terus berlanjut, maka akan masuk pada apa yang disebut dengan depresi ekonomi.

Menurut ekonom senior UGM Muhammad Edhie Purnawan, depresi ekonmi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang parah serta berkepanjangan.

"Dalam macroeconomics, depresi pada umumnya didefinisikan sebagai resesi ekstrem yang berlangsung selama tiga tahun atau lebih atau yang menyebabkan penurunan GDP riil minimal 10 persen," ucap Edhi.

Menurutnya, depresi relatif lebih jarang terjadi dibandingkan resesi (yang lebih ringan).

Depresi ekonomi terjadi cenderung disertai dengan pengangguran yang masif dan inflasi yang rendah.

Lebih hebat lagi, disebut depresi hebat atau Great Depression.

"(Great Depression) adalah resesi ekonomi terbesar dan terpanjang dalam sejarah dunia modern. Great Depression ini dimulai dengan jatuhnya pasar saham US pada tahun 1929 dan tidak berakhir hingga 1946 setelah Perang Dunia II," jelas dia.

Lebih lanjut, imbuhnya, para ekonom dan sejarawan dunia sering menyebut Great Depression ini sebagai peristiwa krisis ekonomi paling dahsyat di abad ke XX.

Berikut beberapa dampak resesi ekonomi yang terjadi pada suatu negara, yaitu:

  • Masyarakat kehilangan pendapatan

Salah satu dampak yang cukup mengerikan adalah masyarakat bisa kehilangan pendapatan.

Hal ini terjadi karena perlambatan ekonomi membuat beberapa perusahaan tutup dan tidak beroperasi lagi.

Dengan begitu, banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

  • Turunnya daya beli masyarakat

Dengan banyaknya masyarakat yang menganggur maka berpengaruh pula pada tingkat konsumsu dan daya beli masyarakat yang menurun.

Hal ini juga berimbas pada keuntungan perusahaan yang mengalami penurunan.

  • Investasi

Resesi ekonomi juga memengaruhi instrumen investasi yang dilakukan masyarakat, salah satunya di pasar keuangan.

Hal ini disebabkan menurunnya nilau suatu portofolio atau asset seperti saham.

  • Kurs dollar tidak stabil

Kurs dollar yang tidak stabil akan menyebabkan nilai rupiah menjadi melemah dan berdampak langsung pada sektor ekspor-impor Indonesia.

  • Tingkat suku bunga

Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan Bank Indonesia akan menarik rupiah yang mengakibatkan inflasi yang meningkat pula.

(Sumber: Kompas.com/ Mutia Fauzia, Jawahir Gustav Rizal, Retia Kartika Dewi, Nur Fitriatus Shalihah, Dandy Bayu Bramasta | Editor: Erlangga Djumena, Inggried Dwi Wedhaswary, Rizal Setyo Nugroho, Sari Hardiyanto)

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/23/090500865/5-hal-yang-perlu-diketahui-soal-resesi-ekonomi-dari-pengertian-hingga

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke