Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Fakta Seputar Happy Hypoxia yang Perlu Diketahui

KOMPAS.com - Belakangan, happy hypoxia banyak diperbincangkan setelah ditemukan pada sejumlah pasien virus corona di Indonesia.

Happy hypoxia atau hypoxemia didefinisikan sebagai penurunan tekanan oksigen dalam darah.

Kasus di beberapa daerah menunjukkan orang tanpa gejala atau mengalami gejala ringan Covid-19 mengalami happy hypoxia. 

Hal tersebut ditandai dengan saturasi oksigen dalam darah yang tiba-tiba menurun hingga berakibat fatal.

Berikut beberapa fakta seputar happy hypoxia:

Dua cara deteksi

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 7 September 2020, Ahli Patologi Klinis yang juga Wakil Direktur dan Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan ada dua cara untuk deteksi dini happy hypoxia.

Pertama, tarik napas dalam-dalam 2-3 kali. Apabila timbul rangsangan batuk, waspadai risiko hypoxia.

Kedua, menggunakan alat Pulse Oxymetri di ujung jari, untuk mengukur saturasi oksigen.

Menurut dia, kedua cara tersebut dapat dilakukan secara berkala.

Pasien juga harus lebih waspada ketika muncul kondisi seperti frekuensi napas semakin cepat, merasa cepat lelah, dan ada rasa berat di dada saat bernapas.

Memperparah kondisi pasien

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan happy hypoxia bisa menyebabkan kondisi beberpa pasien Covid-19 semakin parah.

"Ini adalah salah satu fenomena yang akhirnya juga menyebabkan banyak kasus yang tadinya dari derajat sedang menjadi lebih parah atau kritis, karena perubahannya bisa sangat cepat," kata Dicky dikutip dari Kompas.com, 29 Agustus 2020.

Virus corona banyak disebut sebagai satu penyakit yang memiliki 1.000 wajah atau dengan keluhan yang berbeda-beda, sehingga cukup sulit untuk mendeteksinya.

"Kecuali dengan pemeriksaan fisik yang teliti, yang hati-hati juga, termasuk ditunjang dengan pemeriksaan penunjang seperti PCR atau pun pemeriksaan rontgen dan CT scan," jelas Dicky.

Terdeteksi sejak Maret

Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, menjelaskan kasus happy hypoxia pada pasien Covid-19 di Indonesia sudah terdeteksi sejak Maret 2020.

Hanya saja, kata Agus, kejadian ini tidak terekspos karena bagian pemeriksaan darah menunjukkan oksigen pasien tersebut rendah atau di bawah normal dengan saturasi di bawah 94.

"Tapi pasiennya duduk-duduk, bisa baca majalah. Ditanya ada keluhannya? Ya itu tidak ada. Ya itu kita sudah temukan sejak kasus Covid-19 ini ada," papar Agus, dikutip dari Kompas.com, 5 September 2020.

Agus menuturkan, dugaan sementara penyebab terjadinya silent hypoxemia atau happy hypoxia terjadi pada pasien Covid-19 adalah pengaruh dari virus SARS-CoV-2 itu sendiri.

"Jadi sementara ini, disinyalir virus SARS-CoV-2 ini mengganggu reseptor yang ada di dalam mekanisme saraf tersebut," kata Agus.

Terjadi pada pasien bergejala

Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan, menyebut happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tak memperlihatkan gejala Covid-19.

Happy hypoxia hanya bisa dialami oleh orang yang terinfeksi Covid-19 dengan menunjukkan gejala demam, batuk, dan pusing.

"Happy hipoxia ini tidak bisa terjadi sama orang yang tanpa gejala. Jadi gejala lainnya ada, demam ada, batuk ada, pusing," kata Erlina, dikutip dari Kompas.com, 4 September 2020.

Sumber: Kompas.com (Jawahir Gustav Rizal/Luthfia Ayu Azanella/Ellyvon Pranita/Fitria Chusna Farisa | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary/Rizal Setyo Nugroho/Gloria Setyvani Putri/Krisiandi)

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/09/090300865/4-fakta-seputar-happy-hypoxia-yang-perlu-diketahui

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke