Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berdiam Diri di Rumah Bisa Membuat Cepat Jenuh? Ini Penjelasannya...

KOMPAS.com –Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap tinggal di rumah sebagai upaya untuk memutus penyebaran virus corona Covid-19 agar tidak semakin banyak. 

Sehingga bagi mereka yang bekerja dan belajar, saat ini dilakukan dnegan work from home atau bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan melakukan sosial distancing.

Imbauan tersebut sudah mulai dilakukan hampir dua bulan, sejak pertengahan Maret 2020. Namun tentu saja banyak orang telah mengeluhkan dirinya merasa bosan terus-menerus berada di rumah saja.

Seperti yang diunggah sejumlah netizen. 

“Udah jenuh di rumah. Hawanya pengen emosi,”  tulis akun @khnfhrdhy

“uda sampe di titik paling jenuh dan bosen ngapa-ngapain di rumah plis corona lu tu gatau diri bet emang!” ujar akun @fikamaliyah.

“May 1 Sudah memasuki fase jenuh di rumah aja,” tulis akun @latifahlits.

Adanya pengulangan kegiatan

Terkait kondisi tersebut, Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menyampaikan kondisi itu biasanya disebut dengan Disenchanment.

Di mana dalam sosiologi hal itu terjadi karena adanya kehilangan kenikmatan akibat adanya birokratisasi, atau adanya berbagai pengulangan kegiatan.

“Proses birokratisasi ini maksudnya bukan kayak di kantor tapi kegiaan kehidupan yang terus berulang terus, terstandar, tak banyak variasi begitu terus dan berada di ruang sosial ruang interaksi yang sempit,” ujarnya.

Disenchanment yang muncul menimbulkan hilangnya titik kenikmatan atas kegiatan dan hubungan sosial yang terjadi.

Seseorang yang melakukan di rumah saja secara terus-menerus, maka ia tak bisa lagi menjalani produktifitasnya yang menyenangkan.

“Memang di rumah tempat bersantai tapi kalau bersantai hanya dalam waktu pendek itu masih bisa dirasakan. Tapi kalau lama dan itu tidak mengakibatkan produktivitas, kreativitas, dan aktualisasi dirinya tidak bisa dilakukan, maka perbuatan di rumah itu menjadi jenuh,” tuturnya.

Dalam posisi penuh ketidaknyamanan itu, Drajat menyebut, sebetulnya muncul karena manusia menginginkan timbal balik atau yang dikenal dengan restu-agresi.

“Jadi apa yang dia lakukan dihargai, apa yang dia lakukan diperhitungkan, mendapat ganjaran-ganjaran sosial. Nah kalau di rumah proses timbal balik untuk penghargaan semakin lama semakin berkurang,” ucap dia.

Efek kejenuhan inilah yang membuat timbulnya rasa untuk melawan yang akhirnya bisa memungkinkan seseorang untuk tetap nekat keluar rumah.

Guna mengatasi hal ini, Drajat menyampaikan, secara sosiologi harus ada nilai-nilai, variasi, kegiatan dan tokoh baru. Hal-hal tersebut yang menurutnya harus diberi ruang oleh pemerintah.

“Kalau PSBB mutlak total, akan menyebabkan kejenuhan yang luar biasa di dalam keluarga. Karena keluarga bukan untuk ruang untuk mengekspresikan diri, untuk produktif, makanya kemudian harus ada toleransi untuk ruang-ruang jalan,” ucapnya lagi.

Dia mencontohkan mungkin bisa dengan membuka tempat bermain tetapi dengan tetap menjaga protokol kesehatan dengan aman. 

“Ini musti dibuat untuk pemikian konstruktif agar variasi-variasi dalam hidup tetap ada,” jelas dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/02/200000765/berdiam-diri-di-rumah-bisa-membuat-cepat-jenuh-ini-penjelasannya--

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke