Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Heroin: Sebelum Jadi Narkoba, Awalnya Obat Batuk untuk Anak

KOMPAS.com - Apa jadinya apabila heroin masih dipasarkan bebas sebagai obat batuk? Bukannya sembuh, malah justru mungkin banyak pasien bisa teler.

Namun kondisi itu pernah terjadi sekitar tahun 1900-an saat perusahaan farmasi Jerman, Bayer, memasarkan heroin sebagai obat batuk bagi anak-anak dan dewasa.

Sampai pada akhirnya efek samping yang buruk diketahui dan obat tersebut ditarik dari pasaran dan Bayer tak lagi memproduksi heroin.

Sejarah heroin

Dikutip dari History, ilmuwan Jerman, Friedrich Sertürner awalnya pertama kali mengisolasi morfin dari opium pada tahun 1803.

Morphine, obat penghilang rasa sakit yang sangat kuat, adalah bahan narkotika aktif dalam opium atau candu.

Dalam bentuknya yang murni, morfin sepuluh kali lebih kuat dari opium. Obat ini banyak digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit selama Perang Saudara AS.

Akibatnya, diperkirakan 400.000 tentara menjadi kecanduan morfin.

Pada paruh kedua abad ke-19, para ilmuwan mulai mencari bentuk morfin yang tidak membuat ketagihan.

Kemudian pada tahun 1874, seorang ahli kimia Inggris bernama Alder Wright pertama-tama menyaring heroin dari pangkalan morfin. Obat itu dimaksudkan sebagai pengganti morfin yang lebih aman.

Morfin masih merupakan prekursor untuk semua opioid lain, termasuk obat penghilang rasa sakit narkotika yang diresepkan seperti kodein, fentanil, metadon, hidrokodon (Vicodin), hidromorfon (Dilaudid), meperidin (Demerol) dan oksikodon (Percocet atau Oxycontin).

Penggunaan medis Heroin

Sebelum menjadi obat berbahaya yang populer seperti saat ini, heroin digunakan dalam pengobatan sampai sifat adiktifnya diketahui.

Pada tahun 1890-an, perusahaan farmasi Jerman, Bayer memasarkan heroin sebagai pengganti morfin dan penekan batuk.

Bayer mempromosikan heroin untuk digunakan pada anak-anak yang menderita batuk dan pilek.

Dikutip dari Opiods, Bayer memproduksi sekitar satu ton heroin pertahun dan mengekspor ke 23 negara.

Ada berbagai bentuk produk mulai dari heroin pastilles, tablet hisap batuk heroin, tablet heroin, garam heroin yang larut dalam air dan elixir heroin dalam larutan gliserin atau obat batuk sirup heroin.

Ahli kimia Bayer, Heinrich Dreser menyebut heroin dapat mengobati asma, bronkitis, phthisis, dan tuberkulosis.

Sementara nama Heroin sendiri diambil saat dirinya dan para pekerja Bayer menguji heroin pada diri mereka.

Para pekerja menyukainya dan merasakan efek "heroik", sehingga belakangan menjadi nama merek yang mudah diingat dan kuat.

Promosi

Dengan "khasiatnya" yang waktu itu dinilai manjur untuk obat batuk, banyak iklan untuk memasarkan produk tersebut.

Salah satu selebaran menggambarkan produk sebagai berikut: "Heroin: Obat Penenang untuk Batuk ... pesan persediaan dari pemborong Anda."

"Ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan morfin," tulis Boston Medical and Surgical Journal pada 1900.

Dikutip dari businessinsider, banyak gambar-gambar iklan dari botol obat merek Bayer "Heroin" vintage saat itu.

Surat kabar Spanyol memajang iklan Heroin dengan judul "La tos desaparece" atau artinya "Batuknya menghilang".

Dilarang

Pada tahun 1913, Bayer memutuskan untuk berhenti membuat heroin. Hal itu setelah terjadi ledakan pasien akibat heroin di rumah sakit New York dan Philadelphia, dan di kota-kota Pesisir Timur.

Banyak orang yang kecanduan dan melakukan berbagai hal untuk mendapatkan heroin, termasuk menjadi kriminal.

Setahun berikutnya penggunaan heroin tanpa resep dilarang di AS.

Kemudian sebuah putusan pengadilan pada tahun 1919 juga menetapkan itu ilegal bagi dokter untuk meresepkannya kepada pecandu.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/27/035802465/sejarah-heroin-sebelum-jadi-narkoba-awalnya-obat-batuk-untuk-anak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke