Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Gejala Corona Dapat seperti Pelana Kuda...

KOMPAS.com - Perkembangan gejala Covid-19 dari hari ke hari bisa jadi berpola seperti pelana kuda. Hal itu terjadi berbagai tempat.

Beberapa pasien virus corona atau Covid-19 melaporkan "crash minggu kedua", yaitu di mana pasien percaya mereka telah pulih, tapi beberapa saat kemudian justru gejalanya memburuk.

Dilansir Business Insider (12/4/2020), para ahli kesehatan tidak yakin mengapa hanya sebagian dari populasi yang mengalami crash di minggu kedua.

Gejalanya termasuk sesak napas, nyeri, demam tinggi, dan kelelahan yang ekstrem.

Berikut ini 4 pasien virus corona menceritakan bagaimana crash di minggu kedua:

Dalam essainya, Bendix mengatakan gejala awal yang dia alami ringan, yaitu hanya nyeri di tubuh.

Tapi 24 jam kemudian dia juga mulai merasakan kedinginan.

“Rasanya seolah saya berlari maraton, lalu ditabrak mobil. Saya memutuskan untuk mengasingkan diri di dalam apartemen saya," tulisnya.

Beberapa hari berlalu, Bendix merasakan sakitnya mulai hilang. Dia berasumsi tengah berada dalam masa pemulihan. Tapi kemudian rasa sakit di tulang rusuk dimulai.

Jurnalis berusia 27 tahun itu merasa ada tekanan, seperti seseorang meremas paru-parunya dan napasnya terasa berat. Itu terjadi pada saat masuk minggu kedua.

Saat periksa ke unit gawat darurat, dokter mengatakan mereka tidak dapat menguji Bendix. Tapi gejalanya mengisyaratkan dia menderita Covid-19.

Bendix pun kembali ke rumah. Dia melewati malam-malamnya tanpa tidur selama seminggu karena sulit bernapas. Tidak sampai minggu itu berakhir, dia mulai merasa normal lagi.

Selain itu dia juga merasa sakit tenggorokan. Selama sekitar 24 jam, dia kesulitan menelan makanan atau cairan.

Pada hari ke-14, seharusnya itu sudah tidak menular lagi. Tapi justru sakitnya kembali. Dia merasa sakit seperti waktu pertama kali, tapi bedanya kali ini lebih bisa bernapas.

Pada akhirnya Bendix masih menyisakan sakit tenggorokan dan kelelahan.

Dalam esainya, editor di South Florida Sun Sentinel, Rosemary O'Hara menulis dia merasa demam, batuk, dan sesak napas.

Di pusat perawatan darurat, dokter mendiagnosis pneumonia. O'Hara lalu diberi antibiotik dan setelah meminumnya selama 10 hari, mulai terasa lebih baik.

Sayangnya pada minggu kedua keadaannya memburuk lagi. Dia sesak napas dan butuh masker oksigen.

O'Hara telah melakukan tes dan hasilnya negatif. Akan tetapi dia ragu dengan hasil tes itu.

"Dokter mengatakan kepada saya bahwa tidak mungkin untuk mengetahui apakah saya memiliki virus karena tes antibodi belum tersedia, jadi kita tidak akan pernah tahu pasti," tulis O'Hara.

Suami dari Susan Kane, Chris berusia 55 tahun. Chris tidak memiliki riwayat penyakit bawaan, sehingga mengejutkan bahwa kondisinya memburuk setelah terkena Covid-19.

Kane menceritakan pada awalnya hanya sedikit batuk kering dan gejala lain.

Tetapi beberapa hari kemudian gejalanya meningkat. Dia mengalami tak hanya mengalami batuk, tapi juga tersedak dan terengah-engah.

Seminggu setelah gejala-gejala tersebut, Chris akhirnya didiagnosis positif Covid-19 dan diberi bantuan bantuan oksigen untuk pernapasan.

Sekarang Chris sudah pulih sepenuhnya.

4. John Craven, reporter politik

John Craven (41) mengatakan, dirinya mulai merasakan gejala Covid-19 dengan tubuh sakit, pusing, dan sesak napas selama 5 hari.

Pria yang tinggal dan bekerja di New York City itu mengatakan setelah hari kelima dia mulai merasa lebih baik.

Tapi hanya berselang beberapa jam kemudian dia merasa sakitnya kembali seperti hari-hari sebelumnya.

Gejala pada minggu kedua termasuk demam dan pusing.

"Itu menipu Anda. Anda pikir telah bebas, lalu kembali," katanya.

Lebih dari 2 minggu setelah Craven pertama kali merasa sakit, dia mulai merasa lebih baik.

Direktur penelitian perawatan kritis di Montefiore Medical Center New York City Michelle Gong menjelaskan apa itu crash pada minggu kedua.

"Mereka baik-baik saja, kemudian sekitar lima hingga tujuh hari mereka mulai memburuk dan kemudian mengalami gagal napas,” kata dia.

Dijelaskannya, kegagalan pernapasan cenderung meningkat dalam 7 hari setelah gejala dimulai.

Kegagalan pernapasan terjadi ketika virus corona menyerang sel-sel dan lapisan paru-paru. Hal itu membuat oksigen sulit mengalir ke seluruh tubuh.

Akibatnya, orang yang mengalami gagal pernapasan membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan mereka.

Gong menambahkan, bahwa peralihan ke gejala yang lebih parah itu bisa tiba-tiba.

Ahli penyakit menular di North Carolina, Christopher Ohl mengatakan dia memperhatikan penurunan kesehatan yang cepat terjadi pada banyak pasien.

Pada minggu kedua, para pasien yang diamatinya merasa sudah baikan.

Namun, berselang 20-24 jam setelah itu mereka menderita demam, kelelahan yang parah, batuk yang memburuk, dan napas pendek. Kemudian mereka dirawat di rumah sakit.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/14/112300965/saat-gejala-corona-dapat-seperti-pelana-kuda-

Terkini Lainnya

Orangutan Obati Sendiri Lukanya dengan Tanaman Herbal, Bukti Primata Cerdas

Orangutan Obati Sendiri Lukanya dengan Tanaman Herbal, Bukti Primata Cerdas

Tren
Cek, Ini Ketentuan Naik Kereta Api bagi Ibu Hamil

Cek, Ini Ketentuan Naik Kereta Api bagi Ibu Hamil

Tren
Kasus Pembunuhan Wanita dalam Koper, Awalnya Korban Minta Dinikahi

Kasus Pembunuhan Wanita dalam Koper, Awalnya Korban Minta Dinikahi

Tren
Indonesia Dilanda Suhu Panas Awal Mei 2024, Benarkah Itu “Heatwave”?

Indonesia Dilanda Suhu Panas Awal Mei 2024, Benarkah Itu “Heatwave”?

Tren
Viral, Video Seekor Ikan Makan Kelabang, Kalajengking, dan Ular, Jenis Apa Itu?

Viral, Video Seekor Ikan Makan Kelabang, Kalajengking, dan Ular, Jenis Apa Itu?

Tren
Jalan Tol di China Runtuh, 51 Orang Tewas dan 23 Kendaraan Terjatuh

Jalan Tol di China Runtuh, 51 Orang Tewas dan 23 Kendaraan Terjatuh

Tren
Gelombang Panas Menerjang Kawasan Asia, Apa Penyebabnya?

Gelombang Panas Menerjang Kawasan Asia, Apa Penyebabnya?

Tren
Perebutan Tiket Terakhir Menuju Olimpiade Paris, Kapan Babak Play-off Indonesia Vs Guinea U23?

Perebutan Tiket Terakhir Menuju Olimpiade Paris, Kapan Babak Play-off Indonesia Vs Guinea U23?

Tren
Ramai soal 'Heatwave' Melanda Negara-negara Asia, Apakah Berpotensi Terjadi di Indonesia?

Ramai soal "Heatwave" Melanda Negara-negara Asia, Apakah Berpotensi Terjadi di Indonesia?

Tren
Beda Surat Tilang Asli Polisi dan Penipuan yang Dikirim ke WhatsApp

Beda Surat Tilang Asli Polisi dan Penipuan yang Dikirim ke WhatsApp

Tren
Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Tren
Media Asing Soroti Kekalahan Indonesia dari Irak, Sebut Skuad Garuda Bermain Sangat Baik

Media Asing Soroti Kekalahan Indonesia dari Irak, Sebut Skuad Garuda Bermain Sangat Baik

Tren
Singapore Airlines Bayar Ganti Rugi Penumpang Rp 42 Juta karena Kursi Pesawat Tak Bisa Direbahkan

Singapore Airlines Bayar Ganti Rugi Penumpang Rp 42 Juta karena Kursi Pesawat Tak Bisa Direbahkan

Tren
Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Tren
Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke