KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menjelaskan produk antiseptik Dettol disebut bisa membunuh virus corona atau Covid-19, viral di media sosial Twitter, Rabu (18/3/2020).
Unggahan tersebut dibagikan oleh pemilik akun Twitter @ainaarezal.
Hingga Jumat (20/3/2020) sore, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 42.000 dan diretwit lebih dari 29.000 kali.
Dalam unggahannya, @ainaarezal menuliskan"Kita semua telah menggunakan Dettol selama bertahun-tahun, tetapi belum membaca sampai saat ini yang jelas tertulis dalam deskripsi bahwa Dettol mampu melawan virus korona.
Zoom dengan cermat dan baca di bawah virus dan beri tahu semua orang."
Penelusuran Kompas.com
Apakah benar Dettol dapat membunuh virus corona atau Covid-19?
Dari penelusuran Kompas.com di laman resmi Dettol, https://www.dettol.co.uk, dijelaskan bahwa novel coronavirus (Covid-19) merupakan jenis baru dari coronavirus yang sebelumnya belum pernah terjadi pada manusia, sehingga belum terdapat pengujiannya terhadap produk Dettol.
Oleh karena itu, belum dapat dipastikan apakah produk Dettol tersebut efektif membunuh virus corona atau Covid-19.
"Ini belum tersedia untuk pengujian komersil," tulis pernyataan dalam laman resmi Dettol.
Kendati demikian, pada produk Dettol tertentu diklaim telah menunjukkan efektivitas terhadap jenis virus corona dari keluarga yang sama dengan Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV), ketika digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan.
Produk-produk tersebut antara lain semprot pembersih permukaan antibakteri, tisu pembersih antibakteri, semprotan disinfektan All-In-One, dan cairan disinfektan.
"Kami terus bekerja dengan mitra kami untuk memastikan pemahaman terbaru tentang virus ini dan akan menguji terhadap berbagai produk kami setelah otoritas kesehatan menyediakan strain uji coba," tulis pernyataan itu lagi.
Diberitakan Kompas.com (17/3/2020), Novel coronavirus (2019-nCov) masih satu keluarga dengan virus SARS dan MERS.
Berdasarkan jurnal pengobatan umum mingguan di Inggris, The Lancet, merilis penjelasan terkait tanda dan gejala dari ketiga jenis virus yang menyerang saluran pernapasan ini.
2019-nCov
Novel Coronavirus (2019-nCov) memang memiliki kesamaan dengan virus corona jenis lain, seperi MERS dan SARS.
Umumnya 2019-nCov memiliki gejala umum bagi orang yang terinfeksi, seperti demam, batuk, kelelahan, sakit tenggorokan, sakit kepala, hemoptisis, dan diare.
SARS-CoV
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARAS-CoV) pertama kali ditemukan di China pada November 2002.
Diketahui, virus ini menyebabkan wabah mematikan di seluruh dunia pada kurun waktu 2002-2003.
Tercatat, sebanyak 777 penduduk meninggal dunia dari 8.098 kasus. Meski begitu, para peneliti menyimpulkan, SARS-CoV memiliki tingkat kematian sebesar 10 persen.
Bagi pasien yang terjangkit SARS-CoV umumnya sebanyak 20-25 persen mengalami diare.
Sebuah studi awal menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sitokin proinflamasi dalam serum tertentu dikaitkan dengan peradangan paru dan kerusakan paru-paru yang meluas pada pasien SARS.
Gejala SARS yang umumnya terjadi antara lain, menggigil, demam, batuk kering, dan sakit di bagian dada.
MERS-CoV
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) diketahui pertama kali ditemukan di Timur Tengah pada 2012.
Saat itu ditemukan enam orang dengan gejala gagal pernapasan. Kemudian, dua orang di antaranya meninggal dunia.
MERS-CoV dilaporkan memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada SARS-CoV yakni sebesar 37 persen.
Kasus menjadi meluas, di Arab Saudi tercatat 22 orang meninggal dunia dari 44 kasus yang terjadi.
Seorang peneliti dari Erasmus Medical Center (EMC) di Belanda, Ron Fouchier mendunga MERS-CoV berasal dari kelelawar.
Pada 2013, penyakit ini mewabah ke negara-negara di Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan Italia. WHO sempat mengeluarkan peringatan bahwa MERS-CoV dapat menjadi ancaman dunia.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/20/155009765/viral-unggahan-dettol-disebut-bisa-bunuh-virus-corona-ini-faktanya