Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[Hoaks] Virus Corona Menular Melalui Keringat di Makanan Kaleng China

KOMPAS.com - Sebuah pesan berisi informasi mengenai adanya imbauan kepada masyarakat agar tidak mengonsumsi makanan kalengan produksi China beredar di aplikasi pesan WhatsApp pada Selasa (4/2/2020).

Disebutkan, makanan kaleng tersebut diduga terkontaminasi keringat pekerja yang dimungkinkan mengidap virus corona.

Selain itu, dalam pesan juga mengatasnamakan Kedutaan Besar Kuala Lumpur dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Namun, pihak IDI membantah adanya informasi tersebut.

Narasi yang beredar:

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, pesan yang beredar di WhatsApp ini berisi imbauan kepada masyarakat agar tidak mengonsumsi makanan kalengan produksi luar negeri, terutama China.

Adapun makanan kaleng tersebut diindikasi mengandung keringat dari pekerja yang diduga terinfeksi virus corona yang mewabah di Wuhan, China.

Tak hanya itu, pesan viral itu juga mengatasnamakan Kedutaan Besar Kuala Lumpur dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Berikut bunyi pesan tersebut:

"Innalillahi wa Inna Illaihi roji'un
Assalammu'alaikum Wr Wb
Breaking News : Meneruskan info dr Ibu2 Dubes KBRI KL
Tolong beritahu adek2, suami, isteri dan semua teman2 Perhatian ; Mulai saat ini jangan makan pruduksi luar dulu apa pun jenis nya , khususnya produksi luar negeri cina Karena kemungkinan besar pekerja pabrik tersebut pengidap virus carona dan bisa jadi jatuh keringat mereka masuk ke dalam kalengan2 itu , serta virus corona yg saat ini masih jadi masalah besar dunia telah diketahui DepKes dunia sehingga makanan tersebut telah banyak di sita tpi lebih banyak yg sdh terlajur diekspor juga, Setelah terima ini cepat kirim ke saudara2 n teman2 semua. Agar tidak konsumsi makanan apapun yg dari luar..... Demi keselamatan kita semua. Info dr ibu dubes KBRI
( Kementrian Kesehatan RI)
{semoga bermanfaat}.

Mohon bantu share ya..

[WARNING]
Tolong disebar luas kan
Mohon ijin info Ikatan Dokter Indonesia (IDI), menginformasikan bahwa saat ini wabah mematikan hanya butuh penanganan cepat dan masih banyak makanan yg produksi luar
Info:
RS Fatmawati , RSCM , RS Siloam , All RS
Nara sumber :
Dr. H. Ismuhadi, MPH

Mohon dishare, sayangi keluarga Anda".

Konfirmasi Kompas.com:

Menanggapi adanya pesan tersebut, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (PPP) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto menegaskan, pesan tersebut berisi informasi yang tidak benar alias hoaks.

"Ini tindakan teroris menyebarkan ketakutan dan mengatasnamakan institusi lain. Jelas perbuatan melawan hukum dengan menyebarkan berita salah, tidak berdasar ilmiah dan fakta, dengan tujuan menyebarkan kebencian rasis," ujar Achmad saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (4/2/2020).

Ia menjelaskan, virus corona hanya bisa bertahan hidup di dalam sel yang hidup.

Oleh karena itu, penularan hanya dimungkinkan melalui kontak dekat yang tidak terlindung dengan penderita.

"Virus corona adalah virus influenza, sehingga penularannya melalui percikan ingus/ludah saat bersin dan batuk. Dengan demikian, penderita harus memakai masker," lanjut Achmad.

Tak hanya bagi penderita yang diharuskan menggunakan masker, melainkan orang lain di sekitarnya juga disarankan memakai masker dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan minum.

Bantahan lain

Kemudian, bantahan informasi juga diungkapkan oleh Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (PTVz), dr Siti Nadia Tirmizi.

Nadia menjelaskan, kabar yang menyebut virus corona dapat menular melalui kaleng yang terkena keringat penderita adalah tidak benar.

"Tidak benar. Novel coronavirus (2019-nCoV) penularannya melalui saluran napas, melalui droplet, bukan aerosol," ujar Nadia saat dihubungi terpisah pada Selasa (4/2/2020).

Droplet merupakan ukuran benda atau partikel kecil dari mulut penderita yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, termasuk virus.

Menurutnya, apabila droplet tersebut memiliki partikel berat sehingga akan menempel pada DNA jatuh di permukaan barang, seperti meja, pegangan tangga, pegangan pintu, lantai, dan lainnya tidak menimbulkan penularan antar-manusia.

"Jadi, kalau aerosol dia sangat ringan, maka cenderung melayang-layang," ujar Nadia.

Ia juga menyayangkan, informasi tidak benar itu mengatasnamakan pihak Kedutaan Besar (Dubes), Kemenkes, dan IDI.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/04/113724965/hoaks-virus-corona-menular-melalui-keringat-di-makanan-kaleng-china

Terkini Lainnya

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke