Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Logo Baru Kemenparekraf Disebut Mirip Lembaga Militer AS, Ini Tanggapan Wishnutama

KOMPAS.com - Logo baru yang dimiliki Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemen Parekraf) menuai banyak kontroversi di media sosial, khususnya Twitter.

Banyak warganet yang mempertanyakan mengapa logo Kementerian yang membawahi bidang yang lekat dengan budaya dan kesenian justru sangat kaku.

Logo ini berlatar belakang biru tua dengan gambar dan tulisan didominasi warna emas. Logo baru kementerian hasil gabungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Kementerian Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Salah satu akun bernama @RingSatoe menyebut logo berbentuk lingkaran dengan burung Garuda di tengahnya justru lebih mirip dengan logo lembaga militer Amerika Serikat.

Salah satunya adalah akun @AuditorYeah yang memberikan contoh logo lama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan yang lama dan yang baru.

Keduanya masih sama-sama dipakai, namun dalam kapasitas yang berlainan.

"Itu logo bukan mewakili kementeriannya. Hanya untuk keperluan branding.
Tolong ga usa dipaksakan logika yg sengaja disesatkan. Pemilik Tweet ini tidak memberikan informasi yg utuh untuk ditangkap pembacanya," tulisnya menanggapi akun @arievrahman yang juga menyorot logo baru Kemenparekraf.

Banyaknya pro-kontra yang mengiringi logo baru Kementerian yang dipimpinnya, Wishnutama Kusubandio memberikan penjelasan. Terutama alasan penggunaan lambang Garuda, padi, dan kapas di logo tersebut.

Dikutip dari Antara, Wishnutama menyebut, penggunaan logo itu akan diperuntukkan pada hal-hal yang bersifat resmi.

"Sambil menunggu logo 'nation branding' dirilis pada Agustus 2020, untuk kepentingan resmi kami gunakan logo Garuda Pancasila itu. Lalu, untuk kepentingan branding atau promosi kami akan menggunakan logo 'nation branding' yang baru yang masih dalam proses," kata dia, Rabu (15/1/2020).

Sementara, logo baru yang masih dalam tahap pembuatan itu akan digunakan untuk kepentingan pemasaran.

"Nanti untuk pariwisata, untuk kepentingan promosi, kreatif itu akan menggunakan logo 'nation branding' biar tidak rancu," jelasnya.

Jadi, ada perbedaan antara logo yang digunakan untuk kepentingan resmi dan promosi Kementerian.

Menanti logo baru untuk promosi yang belum jadi dan masih dalam tahapan riset, sementara ini Kemenparekraf akan menggunakan logo yang sudah ada, yakni "Wonderful Indonesia.

Ketika ditanya soal tanggapan masyarakat yang menyebut logo baru Kemenparekraf mirip dengan logo institusi atau kelompok lain, Wishnutama membantahnya.

Penggunaan simbol burung Garuda disebutnya sebagai wujud semangat dan ideologi yang coba diangkat dalam Kemenparekraf.

"Ini penting buat Kemenparekraf, ideologi ke-Pancasilaan itu maknanya Pancasila sebagai lambang digunakan dan enggak ada salahnya kan. Kalau dicari mirip-mirip ya logo satu sama lain ya mirip saja, tapi bukan berarti niru," ujarnya.

Adapun lambang padi dan kapas yang ada di samping gambar Garuda merupakan sesuatu yang paten dan tidak bisa sembarangan diubah-ubah.

"Logo, kalau modelnya pakai lambang burung Garuda kan memang baku karena ada aturannya jelas, kalau dibaca itu ada aturan penggunaannya diatur dengan jelas. Akhirnya ya logo yang di sekitar Garuda ya enggak bisa aneh-aneh," jelas mantan CEO NET Mediatama ini.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/15/200050265/logo-baru-kemenparekraf-disebut-mirip-lembaga-militer-as-ini-tanggapan

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke