Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jamu Pereda Haid Berefek pada Kehamilan? Ini Penjelasannya...

KOMPAS.com - Sebuah unggahan berisi informasi yang menyebutkan bahwa minuman pereda nyeri haid atau jamu yang diminum saat masa haid dapat berdampak pada kehamilan.

Adapun informasi tersebut beredar di media sosial Facebook pada 26 Mei 2017 lalu. Namun hingga kini belum mendapat penjelasan lebih lanjut dari segi medis.

Sebelumnya, salah satu warganet, YMI, menuliskan dalam forum DR OZ Indonesia bahwa dirinya mengaku mengalami sakit perut dan harus minum salah satu jamu pereda nyeri haid setiap bulannya.

"Dok, mau tanya dong, minum K*****i setiap datang bulan itu gimana ya. Apakah ada efek samping, soalnya setelah saya mencoba K*****i, sekarang setiap tanggal datang pasti perut sakit dan harus minum K*****i," tulis YMI dalam unggahannya.

Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis obstetri & ginekologi (kebidanan dan kandungan), Dinda Derdameisya, SpOG, FFAG mengungkapkan bahwa tidak ada keterkaitan atau pengaruh antara mengonsumsi jamu pereda nyeri haid dengan proses persalinan.

"Tidak ada hbungan antara mengonsumsi jamu dengan haid, jadi boleh-boleh saja minum, dan tidak benar jika berpengaruh dengan proses persalinan," ujar Dinda saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (9/10/2019).

Menilik efek berkurangnya rasa nyeri yang terasa bagi orang yang mengalami haid saat mengonsumsi jamu, Dinda menjelaskan bahwa ada kandungan pereda nyeri di dalam jamu.

Menurutnya, minum-minuman pengurang rasa nyeri itu biasanya mengandung herbal atau jamu-jamuan tertentu yang berfungsi meredakan nyeri saat haid.

Selain itu, Dinda menyebut bahwa pada umumnya, zat yang terkandung dalam jamu pereda nyeri haid, yakni kunyit asam.

Adapun kunyit asam dipercaya berkhasiat meredakan nyeri haid sejak turun-temurun.

"Jadi, tidak ada salahnya menggunakan jamu itu," ujar Dinda.

Namun, Dinda mengimbau masyarakat untuk memerhatikan dosis pengonsumsian jamu pereda nyeri.

Ia mengatakan bahwa meski kandungan kunyit asam mampu membantu meredakan nyeri haid, bahan tersebut juga berindikasi mengiritasi lambung.

Dengan demikian, sebaiknya penderita maag atau ada riwayat asam lambung tinggi sebaiknya memerhatikan jamu ini ketika haid.

"Lebih diperhatikan untuk penderita yang sedang menstruasi, tapi biasanya ada penyakit maag," kata dia.

Konsumsi tiap bulan

Terkait adanya korelasi konsumsi jamu pereda nyeri dengan kembalinya rasa nyeri ketika datang mensturasi, Dinda menjelaskan bahwa jamu tersebut diperbolehkan untuk dikonsumsi sampai haid hari kedua atau saat datang nyeri.

"Enggak masalah sih, kalau dikonsumsi saat menjelang haid sampai saat-saat haid sampai hari kedua," ujar Dinda.

Perihal rutinitas bulanan dengan mengonsumsi jamu pereda nyeri ini, ia menyampaikan bahwa saat ini belum ditemukan efek samping dari konsumsi jamu tiap bulan.

"Kalau efek samping, sebenarnya belum ada penelitiannya ya. Kalau kita menilai satu jamu atau obat atau minuman itu harus ada penelitian skala besar," kata Dinda.

"Dan ini dari studi klinis belum ada yang menunjang apakah minuman tersebut berbahaya atau tidak dalam jangka panjang," kata dia.

Meski belum ada penelitian lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa ada alternatif pereda nyeri lain yang bisa dikonsumsi secara aman.

Adapun perumpamaan pereda nyeri bisa dengan mengonsumsi parasetamol.

"Jadi, sama dengan obat, apabila kita minum parasetamol, maka nyerinya akan hilang," ujar Dinda.

Diketahui, untuk penggunaan anti nyeri bisa diasumsikan seperti obat-obatan anti nyeri yang dijual bebas di pasaran yang telah teruji penelitiannya dapat menurunkan keluhan nyeri dan aman dalam penggunaan yang dianjurkan.

Dinda mengungkapkan, obat anti nyeri yang dijual bebas di pasaran, yakni parasetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat.

Tak hanya itu, apabila penderita nyeri haid telah mengonsumsi anti nyeri, tetapi rasa nyeri belum juga membaik, sebaiknya pasien disegerakan memeriksakan ke dokter.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/11/085500565/jamu-pereda-haid-berefek-pada-kehamilan-ini-penjelasannya-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke