Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kotagede Dijuluki Jewellery of Jogja?

Kompas.com - 12/05/2024, 15:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Setelah melihat seni tatah ukir perak yang banyak dikerjakan perajiin Kotagede, Mary Agnes memesan alat makan dan minum.

Ingin ornamen budaya Jawa hadir pada pesanannya itu, Mary Agnes meminta bantuan seniman untuk menggambarkan relief yang ada di Candi Prambanan.

Lalu gambar tersebut diserahkan kepada perajin perak di Kotagede, yang kemudian melukiskannya pada bokor atau piring yang dipesan Agnes.

Baca juga: Kenapa Semarang Dijuluki Venetie van Java?

Puas dengan hasil pesanan pertamanya, Agnes terus menambah pesanannya, baik untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun sebagai suvenir bagi para relasi.

Ornamen yang digunakan pun bertambah. Ia mengambil contoh ukiran dari Ratu Boko, Candi Borobudur, ukiran Masjid Mantingan Jepara, ukiran di Pura Pakualaman, bahkan juga motif khas Sumatera Barat dan Palembang.

Agnes kemudian mendorong para perajin untuk meningkatkan kualitas, menciptakan lebih banyak model yang diminati, dan memperluas variasi motif.

Mary Agnes juga meminta Sultan sebidang tanah untuk membangun ruang pamer (showroom) kerajinan perak.

Setelah Sultan menyediakan lahan di tepi jalan umum, sebuah toko yang indah pun dibangun.

Pada 1930, kerajinan perak Kotagede mencapai masa kejayaannya.

Baca juga: Mengapa China Dijuluki sebagai Negeri Tirai Bambu?

Atas bantuan Sultan Hamengkubuwono VIII, pada 1932 pemerintah kolonial Belanda membentuk Stichting Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (Pakaryan Ngayogyakarta), yang berfungsi untuk mengembangkan dan mengecek kualitas serta desain produk perak dan kerajinan lainnya di Yogyakarta.

Secara tidak langsung, usaha Mary Agnes mendorong para perajin perak Kotagede untuk mengembangkan usaha mereka.

Dukungan Sultan Hamengkubuwono VIII dan kolaborasi dengan pemerintah Belanda menjadi faktor kunci bagi keberhasilan industri perak Kotagede.

Sayangnya, setelah berakhirnya Perang Dunia II dan kedatangan Jepang, permintaan terhadap perak Kotagede merosot karena konsumen utamanya, yakni orang Belanda, mulai meninggalkan Jawa.

Peristiwa itu menyebabkan penurunan produksi produk perak Kotagede, karena banyak perusahaan perak memilih beralih ke produk lain.

Setelah Indonesia merdeka, usaha untuk mengembalikan kejayaan perak Kotagede terus dilakukan.

Baca juga: Mengapa Sragen Dijuluki sebagai Bumi Sukowati?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com