Jika peristiwa kelahiran Nabi Muhammad ada dalam Maulid, sama dengan Natal sebagaimana kelahiran Yesus, kira-kira. Namun, wafatnya Nabi Muhammad tidak diperingati.
Nah, dalam tradisi Nusantara, wafatnya para kiai dan pemimpin agama bisa diperingati dalam upacara haul.
Setiap tahun banyak para santri di Nusantara yang memperingati wafatnya pendiri pesantren atau tokoh penting dalam agama Islam. Kira-kira begitu memahami Paskah ini.
Kebetulan Paskah Kristiani dan Passover Yahudi ini bersamaan, yaitu mulainya musim semi. Berakhirnya musim dingin, salju, dan tumbuhnya daun, kuncup dan bunga.
Musim itu ditandai dengan bangkitnya alam, terutama hijaunya daun-daun dan rumput-rumput di belahan bumi empat musim. Indonesia hanya punya dua musim saja, hujan dan kering, selamanya hijau atau kerontang.
Paskah dan Passover menandakan rasa syukur yang juga diikuti bangkitnya pepohonan dan mulainya musim kawin hewan-hewan di alam. Ini seperti nyadranan atau sedekah bumi di berbagai budaya lokal Nusantara.
Beberapa syukuran bisa berupa kendurian, makan bersama dengan menghiasi tumpeng. Dulu, Muslim melaksanakan nyadranan dan sedekah bumi layaknya sahabat-sahabat Hindu di Bali dengan menempatkan janur (daun kelapa muda) di pojok sawah saat musim tanam (tandur) dan saat panen padi. Sekarang sulit melihat tradisi itu.
Paskah yang juga diperingati dengan penyaliban Yesus, satu sisi. Sisi lain, Paskah juga disambut dengan sukacita.
Telur atau kelinci juga simbol Paskah. Begitu juga dalam Passover Yahudi. Paskah dan Passover memang menandakan terima kasih pada alam. Sama juga dengan nyadranan atau sedekah bumi di Nusantara.
Orang meninggal pun dalam tradisi Nusantara, disamping dikirimi doa dalam tahlilan 3, 7, sampai 40 hari, juga dengan kendurian dan bagi-bagi berkat (makanan). Kira-kira itu upaya memahami dari sudut pandang tradisi keislaman.
Paskah kira-kira juga kebangkitan setelah wafatnya Yesus, juga bangkitnya alam dari tidur musim dingin.
Selamat Paskah, semoga sukacita, persaudaraan antariman, kasih dan damai bangkit di bumi kita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.