Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Raya Galungan dan Rangkaian Acaranya

Kompas.com - 17/03/2024, 10:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Galungan adalah salah satu hari besar yang dirayakan oleh masyarakat Hindu di Bali.

Selama Hari Raya Galungan, sepanjang jalan di Bali dihiasi dengan penjor, yaitu tiang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa muda atau janur yang dibentuk secara khusus.

Penjor merupakan simbol kesejahteraan dan kemenangan dari perperangan melawan pikiran serta sifat-sifat negatif.

Melihat sejarahnya, perayaan Galungan menandai kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan).

Berikut ini sejarah Hari Raya Galungan dan rangkaian acara selama perayaannya hingga Hari Kuningan.

Baca juga: Hari Raya Galungan: Sejarah, Makna, dan Rangkaian Acara 

Sejarah Perayaan Galungan

Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap enam bulan Bali (210 hari), tepatnya pada hari Budha Buddha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan).

Sejarah Hari Raya Galungan berakar pada kisah kemenangan Dharma, sebagai simbol seorang pemuka agama Mpu Sangkul Putih dalam pertempuran melawan Raja Mayadenawa.

Menurut mitologi Hindu Bali, Mayadenawa adalah seorang raja yang kuat dan dikenal karena kesaktiannya.

Mayadenawa menolak menyembah dewa dan menciptakan kekacauan dengan melarang rakyat beribadah ke pura.

Rakyat diperintahkan untuk menyembahnya, sang raja yang sakti.

Sikap Mayadenawa yang dianggap telah melampaui batas, mendorong seorang pemuka agama bernama Mpu Sangkul Putih untuk melakukan semedi dan memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

Dalam semedinya, Mpu Sangkul Putih menerima pesan bahwa ia harus pergi ke Jawa Dwipa atau India untuk meminta bantuan.

Baca juga: Apa Itu Penampahan Galungan?

Dalam perjalanannya, Mpu Sangkul mendapat bantuan dari Dewa Indra, yang merupakan dewa yang mengendalikan cuaca.

Singkat cerita, Mpu Sangkul dan Mayadenawa terlibat pertempuran sengit, yang berujung kekalahan Mayadenawa.

Berdasarkan dari mitologi inilah, Hari Raya Galungan dirayakan untuk memperingati kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Sebelum menjadi hari besar di Bali, Hari Raya Galungan diduga telah dirayakan oleh umat Hindu di seluruh Indonesia.

Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada tahun 882.

Meski perayaannya sempat berhenti selama bertahun-tahun, kini Hari Raya Galungan dirayakan kembali secara rutin setiap tahunnya oleh umat Hindu di Bali.

Baca juga: Perang Kusamba di Bali: Penyebab, Kronologi, dan Dampaknya

Rangkaian Hari Raya Galungan

Rangkaian Hari Raya Galungan cukup panjang, yang ditutup dengan Hari Kuningan.

Jarak antara Galungan dan Kuningan adalah 10 hari, di mana Galungan jatuh pada hari Rabu wuku Dungulan, sedangkan Hari Kuningan pada hari Sabtu wuku Kuningan.

Melansir buleleng.bulelengkab.go.id, berikut ini rangkaian perayaan Galungan.

  • Tumpek Wariga (dilakukan 25 hari sebelum Galungan)
  • Sugihan Jawa (dilakukan pada Kamis Wage wuku Sungsang)
  • Sugihan Bali (dilakukan pada Jumat Kliwon wuku Sungsang)
  • Hari Penyekeban (dilakukan pada Minggu Pahing wuku Dungulan)
  • Hari Penyajan (dilakukan pada Senin Pon wuku Dungulan)
  • Hari Penampahan (dilakukan sehari sebelum Galungan atau Selasa Wage wuku Dungulan)
  • Hari Raya Galungan (Rabu Kliwon wuku Dungulan)
  • Hari Umanis Galungan (dilakukan pada Kamis Umanis wuku Dungulan)
  • Hari Pemaridan Guru (dilakukan pada Sabtu Pon wuku Galungan)
  • Ulihan (dilakukan pada Minggu Wage wuku Kuningan)
  • Hari Pemacekan Agung (dilakukan pada Senin Kliwon wuku Kuningan)
  • Hari Kuningan (10 hari setelah Galungan)

Perayaan Galungan terus dijaga dan dirayakan oleh masyarakat Hindu di Bali hingga kini.

 

Referensi:

  • Wartayasa, I. K., & Heriyanti, K. (2020). Penjor Galungan Sebuah Seni Religius. Jnanasiddhanta: Jurnal Teologi Hindu, 2(1): 1-10.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com