Glasnost mendorong pemerintah untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat, seperti keleluasaan dalam berbicara.
Baca juga: Glasnost, Perestroika, dan Keruntuhan Uni Soviet
Alhasil, pemerintah menuai kritik yang sangat besar dari masyarakat akibat kurangnya pengendalian pers.
Bukan hanya kebebasan berbicara, Gorbachev juga memangkas anggaran militer dan memperbaiki hubungan dengan negara Barat.
Reformasi yang diciptakan oleh Gorbachev menimbulkan amarah oleh golongan Partai Komunis.
Pada Agustus 1991, situasi politik Uni Soviet memanas. Kelompok komunis melakukan kudeta dengan menculik dan memenjarakan Gorbachev.
Tidak lama kemudian, pada 19 Agustus 1991, mereka mengumumkan bahwa Gorbachev sedang sakit keras dan tidak lagi dapat memerintah.
Hal itu memicu kericuhan, sehingga terjadi protes secara besar-besaran di Moskow dan kota-kota besar Uni Soviet.
Upaya kudeta ini mengalami kegagalan. Gorbachev dibebaskan dan kudeta dipatahkan oleh Boris Yeltsin.
Berkat jasanya ini, Yeltsin memperoleh simpati dan dukungan dari publik.
Pada 25 Desember 1991, Gorbachev mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet.
Bersamaan dengan itu, ia menyatakan bubarnya Uni Soviet dan menyerahkan kekuasan pada Boris Yeltsin sebagai presiden Rusia.
Baca juga: Penyebab Runtuhnya Uni Soviet
Pada malam harinya, bendera Uni Soviet diturunkan. Barulah pada 26 Desember 1991, secara resmi parlemen mengakui pembubaran Uni Soviet.
Seluruh lembaga berhenti beroperasi dan masing-masing negara menjalankan pemerintahan dengan otonominya sendiri.
Rusia berdiri sebagai pewaris Uni Soviet. Sementara itu, negara-negara yang sebelumnya di bawah Uni Soviet kemudian berada di bawah kepemimpinan Rusia melalui Commonwealth of Independent States (CIS).
Referensi: