Rombongan tersebut mendapat tambahan dua kapal, yakni Murnix dan Corhorn, yang sampai di Aceh pada 22 Maret 1873.
Tidak lama kemudian, datang surat dari FN Nieuwenhuysen untuk Sultan Mahmud Daud Syah.
Melalui surat tersebut, Belanda menuntut Sultan Aceh untuk mengakui kedaulatan Hindia Belanda di wilayahnya.
Aceh menolak tuntutan tersebut. Alhasil, empat hari kemudian, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh.
Tanggal 26 Maret 1873, pihak Belanda menyerang Aceh dengan menembakkan meriam dari kapal yang bernama Citadel Van Antwerpen.
Agresi Belanda yang dipimpin oleh Jenderal JHR Kohler kemudian dilancarkan pada 5 April 1873.
Sejak itulah, Perang Aceh membara dan terus berlanjut hingga awal abad ke-20.
Referensi: