Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Latar Belakang Perang Aceh

Pertempuran yang melibatkan Kesultanan Aceh dan Belanda ini berlangsung selama tiga dekade, yakni antara 1873 hingga 1904.

Apa yang menjadi latar belakang Perang Aceh? Berikut ini beberapa faktor yang melatarbelakangi Perang Aceh.

Ekspansi kolonial Belanda

Salah satu penyebab terjadinya Perang Aceh adalah ambisi Belanda untuk menguasai seluruh Nusantara.

Meski Belanda telah lama bercokol di Indonesia, Aceh menjadi salah satu wilayah yang sangat sulit ditaklukkan.

Pada 1871, Inggris dan Belanda menyepakati Traktat Sumatera, yang memberi kebebasan kepada Belanda untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke seluruh Sumatera, termasuk Aceh yang selama ini tidak dapat diganggu kedaulatannya.

Sebagai upaya menangkis penjajahan Belanda, Aceh mulai memperkuat diri dengan mengadakan hubungan dengan Turki, Italia, dan Amerika Serikat.

Pemerintah Hindia Belanda, yang tidak menginginkan adanya campur tangan negara asing, menjadikan hubungan diplomatik tersebut sebagai alasan untuk menyerang Aceh.

Ambisi ekonomi Belanda

Belanda, seperti kebanyakan negara Eropa pada abad ke-19, sedang dalam fase ekspansi kolonial yang agresif.

Penguasaan atas Aceh menjadi semakin penting seiring pembukaan Terusan Suez pada 1869.

Aceh tidak hanya memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi penguasa Aceh juga memiliki kontrol atas Selat Malaka, yang sejak zaman kuno dikenal sebagai jalur perdagangan yang sibuk.

Kekayaan alam dan posisi strategis Aceh inilah yang berusaha dikuasai Belanda untuk kepentingan ekonomi mereka.

Aceh menolak mengakui kedaulatan Hindia Belanda

Pemerintah Hindia Belanda mendengar desas-desus bahwa bantuan militer Amerika Serikat untuk Aceh akan datang pada awal Maret 1873.

Alhasil, Menteri Jajahan di Belanda pada 18 Februari 1873 memerintahkan Gubernur Jenderal London di Batavia agar mengirim kapal dan pasukan ke Aceh.

Diputuskan bahwa Komisaris Pemerintah Hindia Belanda untuk Aceh, FN Nieuwenhuysen, berangkat ke Aceh dengan membawa dua kapal perang, yakni Citadel van Antwerpen dan Siak, serta pasukan pada 7 Maret.

Rombongan tersebut mendapat tambahan dua kapal, yakni Murnix dan Corhorn, yang sampai di Aceh pada 22 Maret 1873.

Tidak lama kemudian, datang surat dari FN Nieuwenhuysen untuk Sultan Mahmud Daud Syah.

Melalui surat tersebut, Belanda menuntut Sultan Aceh untuk mengakui kedaulatan Hindia Belanda di wilayahnya.

Aceh menolak tuntutan tersebut. Alhasil, empat hari kemudian, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh.

Tanggal 26 Maret 1873, pihak Belanda menyerang Aceh dengan menembakkan meriam dari kapal yang bernama Citadel Van Antwerpen.

Agresi Belanda yang dipimpin oleh Jenderal JHR Kohler kemudian dilancarkan pada 5 April 1873.

Sejak itulah, Perang Aceh membara dan terus berlanjut hingga awal abad ke-20.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/02/02/220000779/latar-belakang-perang-aceh

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke