Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Konflik Sosial di Indonesia

Kompas.com - 08/11/2023, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan.

Dalam sejarah, tercatat pernah terjadi beberapa kali konflik sosial di Indonesia.

5 konflik sosial di Indonesia adalah:

  1. Peristiwa Gejayan 1998
  2. Konflik Sampit
  3. Kerusuhan Kanjuruhan
  4. Kerusuhan Lampung 2012
  5. Kerusuhan Buruh di Medan 1994

Baca juga: Peristiwa Gejayan 1998

Peristiwa Gejayan 1998

Pada 8 Mei 1998, terjadi demonstrasi besar-besaran di Yogyakarta yang disebut dengan Tragedi Gejayan.

Terjadinya Tragedi Gejayan bermula dari aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dari beberapa universitas di Yogyakarta.

Aksi unjuk rasa ini dilakukan dengan tujuan menunjukkan keprihatinan mahasiswa atas kondisi ekonomi negara saat itu sekaligus menolak Soeharto naik tahta lagi sebagai presiden Indonesia.

Sayangnya, peristiwa yang awalnya hanya berupa aksi unjuk rasa ini berubah menjadi bentrokan antara mahasiswa dengan aparat keamanan.

Alhasil, satu mahasiswa menjadi korban dalam Peristiwa Gejayan 1998, yaitu Moses Gatotkaca.

Moses ditemukan sudah bersimbah darah di ruas jalan sebelah selatan kampusnya di Universitas Sanata Dharma.

Diduga, Moses tewas akibat pukulan benda tumpul di kepalanya.

Untuk mengenang Moses, namanya diabadikan menjadi nama jalan di Jalan Gejayan, tepatnya di sebelah selatan Kampus USD.

Konflik Sampit

Konflik Sampit merupakan konflik sosial yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah pada awal Februari 2001.

Konflik ini melibatkan dua suku, yaitu suku Dayak asli dan warga Migran Madura.

Adapun penyebab terjadinya Konflik Sampit adalah ketidakpuasan warga Kalimantan Tengah karena terus merasa disaingi oleh masyarakat Madura.

Sebab, sejak warga Madura datang ke Kalimantan, mereka sudah membentuk 21 persen populasi di Kalimantan Tengah.

Kemarahan warga Dayak pun semakin tersulut setelah mendengar rumor bahwa warga Madura membakar salah satu rumah warga Dayak.

Begitu mendengar rumor itu, warga Dayak segera memberikan aksi balas dengan membakar rumah orang-orang Madura.

Sejak itu, konflik pun semakin memanas.

Konflik ini diketahui telah membuat 1.335 orang Madura mengungsi.

Selain itu, sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Konflik Sampit baru mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap para provokator.

Baca juga: Tragedi Sampit: Konflik Berdarah antara Suku Dayak dan Madura

Kerusuhan Kanjuruhan

Pada 1 Oktober 2022, terjadi peristiwa Kerusuhan Kanjuruhan antara Arema FC dan Persebaya.

Laga Arema FC vs Persebaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, berakhir dengan skor 2-3.

Disebut-sebut bahwa kekalahan tersebut membuat suporter dari pihak Arema FC kecewa.

Menurut laporan dari jurnalis Kompas TV, Muhammad Tiawan, suporter berbondong-bondong masuk ke lapangan setelah pertandingan berakhir.

Lama-kelamaan gelombang suporter semakin tidak terkontrol.

Untuk mengatasi hal ini, polisi pun menembakkan gas air mata dengan tujuan mengendalikan massa.

Suporter yang terkena gas air mata pun panik yang kemudian menimbulkan terjadinya penumpukan massa dan desak-desakkan tidak terelakkan sehingga banyak korban jiwa berjatuhan.

Menurut data terakhir, ada lebih dari 100 orang tewas akibat peristiwa Kerusuhan Kanjuruhan.

Baca juga: Kerusuhan Lampung 2012: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak

Kerusuhan Lampung 2012

Kerusuhan Lampung 2012 adalah serangkaian kerusuhan yang terjadi di Lampung Selatan pada 27 Oktober hingga 29 Oktober 2012.

Kerusuhan ini berawal dari program transmigrasi yang diadakan pemerintah, ketika warga Bali masuk ke Lampung dan ditempatkan di Lampung Selatan.

Sesampainya di Lampung Selatan, warga Bali langsung mendirikan perkampungan Balinuraga, Baliagung, dan Balinapal.

Konflik ini mulai terjadi setelah dua gadis dari penduduk Desa Agom, Lampung Selatan, terjatuh dari motor.

Mereka kemudian dibantu oleh warga Desa Balinuraga.

Saat sedang membantu, terjadi kesalahpahaman di antara keduanya.

Warga Desa Balinuraga justru dianggap membantu korban sambil melakukan aksi pelecehan.

Akibatnya, bentrok pun terjadi antara warga Desa Agom dan warga Desa Balinuraga.

Kejadian ini diketahui telah merusak ratusan rumah dan puluhan kendaraan bermotor.

Baca juga: Mengapa 1 Mei Disebut Hari Buruh?

Kerusuhan Buruh di Medan 1994

Pada 14 April 1994, terjadi Kerusuhan Buruh di Medan yang mengajukan tuntutan kenaikan gaji.

Sebab, saat itu, gaji yang diterima oleh para buruh di Medan sangat kecil. Bahkan, masih ada buruh yang hanya menerima gaji sebesar Rp 1.600 per hari.

Sementara itu, di Jakarta, gaji buruh sudah mencapai angka Rp 3.600 per harinya.

Alhasil, sekitar 20.000 buruh melakukan aksi unjuk rasa di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara.

Para buruh diketahui melakukan berbagai tindakan anarkis, mulai dari merusak toko-toko di sepanjang jalan yang dilalui hingga membakar mobil para direksi perusahaan.

Tindakan anarkis yang terjadi ini menyasar pada perusahaan-perusahaan atau toko-toko milik nonpribumi.

Dampak yang terjadi akibat kerusuhan ini adalah matinya seorang warga keturunan China bernama Kwok Joe Lip (50) yang dipukuli massa di dalam mobilnya.

Selain itu, sekitar 60 orang yang diduga penggerak kerusuhan ditangkap oleh aparat yang sedang mencoba mengamankan situasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com