Selain catatan I-Tsing, ada juga berita-berita dari masa Dinasti Song (960-1279).
Dari catatan-catatan tersebut, diketahui bahwa Sriwijaya secara rutin mengirim utusan ke China.
Baca juga: Komoditas Perdagangan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya juga disebut dalam sumber-sumber dari Arab dan Persia.
Beberapa sumber yang mencatat informasi mengenai Kerajaan Sriwijaya yakni, catatan Ibn Hordadzbeh (844-848), catatan sudagar Sulayman (851), berita Ibn al-fakih (902), berita Ibn Rosteh (903), catatan Abu Zayd (916), dan catatan ahli geografi bernama Mas'udi (935).
Para pendatang dari Arab dan Persia umumnya berprofesi sebagai pedagang.
Oleh karena itu, catatan-catatan Arab dan Persia biasanya menyebutkan tentang komoditas perdagangan Kerajaan Sriwijaya.
Mereka juga menyebut raja Sriwijaya sangat kaya dan memiliki wilayah kekuasaan yang luas.
Baca juga: 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Berisi Kutukan
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan cukup banyak prasasti yang umumnya tersebar di wilayah Pulau Sumatera.
Berikut ini beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Selain catatan China, sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya dari luar negeri ada pula yang berupa prasasti.
Berikut ini beberapa prasasti dari luar negeri yang menyebutkan tentang Kerajaan Sriwijaya.
Baca juga: Prasasti Tanjore, Bukti Takluknya Kerajaan Sriwijaya oleh Raja Chola
Vatatan sejarah menyebut bahwa raja Sriwijaya pernah mengirim surat kepada Kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus, Suriah.
Keberadaan surat dari Sriwijaya ke Bani Umayyah diulas oleh sejarawan asal Pakistan SQ Fatimi dalam karyanya yang berjudul, The Two Letters from The Maharaja to The Khalifah.
Fatimi menyebut bahwa pada tahun 100 Hijriah atau sekitar 718 Masehi, seorang raja Sriwijaya mengirim sepucuk surat untuk Khalifah Daulah Umayyah.
Apabila melihat tahun surat tersebut, kalifah yang dikirimkan surat oleh raja Kerajaan Sriwijaya adalah Umar bin Abdul Aziz, yang berkuasa antara 717 hingga 720.
Sedangkan raja yang mengirim surat adalah Sri Indrawarman, penguasa Sriwijaya pada awal abad ke-8.
Surat Raja Sri Indrawarman untuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz berisi permintaan agar dikirimkan seseorang yang bisa menjelaskan ajaran Islam.
Surat tersebut pernah dikutip dalam Al-Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih, seorang sastrawan asal Spanyol, dan dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qashirah (Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo) karya Ibnu Tagribirdi, sastrawan dari Mesir.
Referensi: