Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tokoh Asal Majalengka

Kompas.com - 27/10/2023, 19:07 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Majalengka adalah ibu kota Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian.

Dari kota ini, terlahir sejumlah tokoh yang berjasa dalam perkembangan Indonesia dari sebelum sampai merdeka.

Adapun 3 tokoh asal Majalengka adalah:

Abdul Halim

Abdul Halim atau yang lebih dikenal sebagai Abdul Halim Majalengka adalah seorang tokoh pergerakan nasional asal Majalengka, Jawa Barat.

Ia termasuk tokoh Islam dan ulama yang terkenal sangat toleran dalam menghadapi perbedaan pendapat antarulama tradisional dan modernis.

Tokoh yang terlahir pada 26 Juni 1887 ini banyak bergerak di bidang pendidikan.

Ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama Jam'iyah al-l'anat al-Muta'alimin pada 16 Mei 1916.

Setahun setelahnya, lembaga pendidikan tersebut dikembangkan dan namanya diubah menjadi Perserikatan Ulama.

Selain itu, Abdul Halim juga mendirikan Santi Asmoro pada 1932.

Lewat lembaga pendidikan yang ia dirikan ini, Halim tidak hanya memberikan pengetahuan soal agama dan pengetahuan umum, melainkan juga keterampilan sesuai bakat anak didiknya.

Tidak berhenti di situ, keaktifan organisasi Abdul Halim terus berlanjut sampai pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada masa itu, Abdul Halim diangkat menjadi anggota Cuo Sangi In (Dewan Perwakilan).

Lalu, pada Mei 1945, Abdul Halim diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Dalam BPUPKI, Abdul Halim menjabat sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara.

Abdul Halim wafat pada 7 Mei 1962.

Berkat jasa-jasanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 041/TK/Tahun 2008 pada 6 November 2008.

Baca juga: Abdul Halim: Kiprah dan Perannya

Ajip Rosidi

Ajip Rosidi adalah salah satu sastrawan dan budayawan yang lahir di Majalengka, Jawa Barat, 31 Januari 1938.

Sejak kecil, Rosidi memang sudah aktif menulis.

Hal ini dapat dibuktikan dari hasil karya cerita pendek (cerpen) Rosidi yang diterbitkan di surat kabar Indonesia Raya. 

Sewaktu duduk di bangku SMP, Ajip Rosidi semakin aktif menulis dan karyanya dimuat di berbagai majalah populer, seperti Mimbar Indonesia, Gelanggang/Siasat, Indonesia, Zenith, dan sebagainya.

Kesukaan Ajip Rosidi dalam menulis pun telah membawanya melahirkan sejumlah karya tulis, mulai dari puisi, cerpen, novel, esai, dan buku, baik dalam bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia.

Berkat kepiawaiannya itu, Ajip Rosidi telah berperan sebagai pendiri atau direktur beberapa perusahaan penerbitan, sebagai berikut:

  • Penerbit Kiwari di Bandung (1962)
  • Penerbit Tjupumanik di Jatiwangi (1964)
  • Penerbit Duta Rakyat di Bandung (1965)
  • Penerbit Pustaka Jaya (1971)
  • Penerbit Girimukti Pasaka di Jakarta (1980)
  • Penerbit Kiblat Buku Utama di Bandung (2000)

Memasuki tahun 1980-an, Ajip Rosidi merantau ke Jepang dan diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka).

Beberapa karya Ajip Rosidi adalah:

  • Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen, 1955)
  • Pesta (kumpulan sajak, 1956)
  • Di Tengah Keluarga (kumpulan cerpen, 1956)
  • Sebuah Rumah buat Haritua (kumpulan cerpen, 1957)

Baca juga: Biografi Ajip Rosidi, Sastrawan dan Budayawan Serba Bisa

Bagus Rangin

Bagus Rangin adalah tokoh asal Majalengka, Jawa Barat, yang berperan dalam menentang dan memimpin pemberontakan melawan Belanda pada Perang Cirebon atau Perang Kedongdong (1802-1818).

Meskipun bukan dari kalangan bangsawan, semangat ksatria Bagus Rangin tetap membara dalam upaya melawan kekejaman dan kediktatoran Belanda di Nusantara.

Menurut Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, Perang Kedongdong merupakan pemberontakan besar pertama yang terjadi di Pulau Jawa dalam melawan penjajahan Belanda sebelum Perang Diponegoro.

Pertempuran antara Bagus Rangin bersama pasukannya melawan Belanda pertama kali terjadi pada 25 Februari 1806.

Sayangnya, pertempuran yang terjadi selama lebih dari 10 tahun ini gagal dimenangi Bagus Rangin.

Bagus Rangin pada akhirnya gugur dalam Perang Kedongdong yang ia pimpin.

Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Bagus Rangin dijadikan sebagai nama jalan di Kota Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, Ajip Rosidi juga mengarang sebuah puisi bertajuk Bagus Rangin untuk mengenang perjuangannya.

 

Referensi:

  • Ekadjati, E.S. (1976). Sejarah Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com