Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga

Kompas.com - 24/10/2023, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Dari keterangan I-Tsing, diketahui bahwa di pulau-pulau di Laut Selatan, termasuk di Holing, hampir semua penduduknya menganut agama Buddha Hinayana, terutama dari aliran Mulasarwastiwada.

Menurutnya, Kerajaan Holing atau Kalingga di Jawa dapat ditempuh empat hari perjalanan melalui laut dari Sriwijaya.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Kisah lokal

Cerita mengenai Ratu Shima juga abadi dalam kisah lokal masyarakat Jawa Tengah bagian utara.

Diceritakan bahwa Ratu Shima mendidik siapa saja agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian.

Pemotongan tangan adalah hukuman bagi siapa saja yang mencuri.

Carita Parahyangan

Melansir keling.jepara.go.id, kitab Carita Parahyangan memberikan keterangan bahwa cucu Ratu Shima yang bernama Sanaha menikah dengan Bratasena, raja ketiga dari Kerajaan Galuh.

Bratasena dan Sanaha kemudian menikah dan memiliki seorang putra bernama Sanjaya atau Harisdharma.

Sanjaya kemudian mendirikan kerajaan, yang nantinya disebut Kerajaan Mataram Kuno.

Baca juga: Sejarah Pemerintahan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga

Prasasti dari masa Kalingga

Disekitar Jawa Tengah, ditemukan prasasti-prasasti yang diduga sebagai peninggalan Kerajaan Kalingga.

Prasasti-prasasti yang dimaksud adalah Prasasti Rahtawun, Prasasti Tuk Mas, dan Prasasti Sojomerto.

Prasasti-prasasti tersebut tidak memuat angka tahun pembuatannya, tetapi berdasarkan bentuk aksaranya diperkirakan dari periode Kerajaan Kalingga.

Prasasti Sojomerto misalnya, menyebutkan tokoh bernama Dapunta Syailendra, yang memiliki ayah bernama Santanu, ibu bernama Badrawati, dan istri bernama Sampula.

Menurut pendapat Boechari, Kepala Lembaga Arkeologi FSUI, Dapunta Syailendra adalah cikal bakal raja-raja keturunan Wangsa Syailendra, yang nantinya berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno.

Hal ini mungkin berkaitan dengan pendiri Kerajaan Kalingga, yang diduga merupakan nenek moyang Wangsa Syailendra.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com