Krisis sosial pada fase ini, pada dasarnya, disebabkan oleh masalah krisis ekonomi di awal yang tak mampu diselesaikan pemerintah Orde Baru.
Akar permasalahannya terletak pada ketimpangan ekonomi yang terjadi antara masyarakat pribumi dengan keturunan etnis Tionghoa.
Di tengah krisis ekonomi yang berlangsung tersebut, beredar informasi palsu yang mengatakan bahwa orang Tionghoa menimbun sembako.
Selain itu, informasi liar itu juga mengatakan bahwa orang-orang Tionghoa telah melarikan uang negara ke luar negeri.
Kabar tersebut semakin diperparah dengan kondisi perekonomian masyarakat Tionghoa yang kala itu cenderung lebih stabil ketimbang pribumi.
Atas dasar itu, beredar asumsi yang tak kalah liar tentang masyarakat Tionghoa yang dianggap sebagai penyebab musibah krisis ekonomi Indonesia.
Baca juga: Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan
Lebih jauh lagi, beredar desas-desus liar yang memojokkan Tionghoa yang dianggap pro Soekarno dan komunisme.
Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa kerap menjadi korban diskriminasi dan rasialisme dalam kemelut krisis ekonomi dan sosial yang melanda Indonesia.
Dalam beberapa catatan, masyarakat Tionghoa menjadi korban aksi kriminalitas oleh masyarakat pribumi, mulai dari penjarahan, pembakaran, kekerasan fisik, hingga pemerkosaan.
Di berbagai kota besar, mulai dari Medan, Palembang, Jakarta, Solo, dan Surabaya, krisis sosial antara pribumi dan masyarakat keturunan Tionghoa berlangsung mencekam, khususnya pada 13-15 Mei 1998.
Baca juga: Perkosaan Massal Tahun 1998
Merebaknya kedua krisis ini membuat para aktivis menuntut pemerintah Orde Baru secepat mungkin menyelesaikannya.
Namun, kondisi tak kunjung membaik, bahkan justru semakin memburuk. Akhirnya, kondisi ini melahirkan krisis kepercayaan di masyarakat Indonesia terhadap pemerintah.
Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai elemen, mulai dari mahasiswa, aktivis, politikus, hingga buruh, menuntut Soeharto meletakkan jabatannya.
Atas tuntutan tersebut, Soeharto menerima tekanan dari berbagai pihak.
Ia akhirnya mengumumkan mundur dari jabatan presiden Indonesia pada Kamis, 21 Mei 1998, di Istana Merdeka.
Baca juga: Kronologi Kelengseran Soeharto, Mei 1998
Referensi: