KOMPAS.com - Daulah Abbasiyah berkuasa selama lima abad, yakni antara tahun 750 hingga 1258.
Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, dunia Islam mengalami kemajuan signifikan pada berbagai bidang, bahkan disebut sebagai periode kejayaan Islam.
Bagaimana kehidupan keagamaan pada masa Daulah Abbasiyah?
Baca juga: Kondisi Sosial pada Masa Daulah Abbasiyah
Pada masa Daulah Abbasiyah, setiap warga negara diberi kebebasan memeluk dan beribadah menurut agama masing-masing.
Berdasarkan agamanya, masyarakat kekhalifahan dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:
Setiap kelompok keagamaan non-Islam dilindungi oleh pemerintah dalam lembaga ahlu dzimmah (kelompok non-Islam yang hidup di negara Islam).
Mereka juga dapat membentuk masyarakat sendiri yang dikepalai oleh pemuka agamanya.
Pemuka agama itulah yang akan menjadi perantara atau berhubungan dengan pemerintah.
Baca juga: Perkembangan Seni Musik pada Masa Daulah Abbasiyah
Perlakuan agama kepada ahlu dzimmah bisa berbeda, sesuai kebijakan khalifah atau arus politik yang berlaku.
Karena itu, banyak ahlu dzimmah yang masuk Islam hanya untuk menghindari jizyah, atau memasukkan ajaran agamanya ke dalam Islam sehingga timbul beragam faham dan aliran dalam Islam.
Hasilnya, lahir golongan zindik, yang secara lahir mengakui Islam tetapi amalannya bertentangan dengan syariat Islam.
Kemajuan perkembangan agama Islam pada masa Daulah Abbasiyah sangat pesat.
Salah satunya ditandai dengan munculnya ulama-ulama besar di bidang ilmu hadis, ilmu tafsir, tasawuf, dan fikih.
Baca juga: Kemajuan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Hadis adalah ucapan dan segala perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Karena itu, tidak jarang ditemui hadis palsu.
Pada masa Daulah Abbasiyah, ditemukan dua cara untuk menguji kesahihan hadis, yakni dengan meneliti jujur tidaknya para perawi hadis dan melihat matan (redaksi) hadis apakah cocok atau tidak dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Setelah itu, para ulama menghimpun dan membukukan hadis-hadis ke dalam kitab hadis serta memisahkannya dari fatwa sahabat Nabi.
Dari usaha-usaha tersebut, lahirlah kitab-kitab hadis yang dipisahkan dalam beberapa kelompok, yakni kitab sahih, kitab sunan, dan kitab musnad.
Beberapa ahli hadis terkenal dari periode Daulah Abbasiyah adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah.
Baca juga: Biografi Imam Bukhari, Pemimpin Para Ahli Hadis
Ilmu tafsir timbul dari kebutuhan untuk menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang bersifat umum dan mutasyabihat (menimbulkan beragam arti).
Pada masa Daulah Abbasiyah, muncul mufasir dari golongan Tabi'in seperti Imam Sufyan bin Uyainah, Syubah al Hajjaj, dan Zahid bin Harundan.
Dari tokoh-tokoh inilah Abu Jafar Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Ar-Razi, dan Az-Zamakhsyari, berguru.
Fikih adalah ilmu yang memuat berbagai hukum Islam seperti perintah maupun larangan Allah.
Pada masa Daulah Abbasiyah, muncul empat imam besar yang mengajarkan mazhabnya masing-masing.
Baca juga: 4 Imam Mazhab Terbesar dalam Islam
Empat imam besar pada masa Dinasti Abbasiyah dan mazhabnya, di antaranya:
Mazhab yang dianut pada masa pemerintah Dinasti Abbasiyah paling banyak adalah Mazhab Hanafi.
Namun, ketika Khalifah Al-Makmun (813-833) berkuasa, aliran Mutazilah menjadi aliran resmi pada masa Bani Abbasiyah. Aliran ini muncul di Irak pada awal abad ke-8.
Tasawuf adalah ilmu syariat, yang inti ajarannya tekun beribadah dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah.
Adapun tokoh-tokoh tasawuf pada masa Daulah Abbasiyah yakni, Rabiah Al-Adawiyah, Jalaludin ar Rumi, Ibnu Arabi, Al-Muhasibi, dan Mansyur Al-Hajjaj.
Baca juga: Strategi Penyebaran Agama Islam Melalui Jalur Tasawuf
Aliran keagamaan sempalan lahir dari orang-orang yang masih terikat dengan adat istiadat agama majusi.
Beberapa aliran keagamaan sempalan yang lahir pada masa Daulah Abbasiyah di antaranya:
Referensi: