Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe Bongkrek, Riwayat Pilu Keracunan dan Kematian

Kompas.com - 20/03/2023, 23:59 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Tempe bongkrek adalah makanan di masa lalu yang punya riwayat mematikan.

Tempe bongkrek berasal dari ampas kelapa parut.

Ampas kelapa parut itu kemudian difermentasi.

Alhasil, di masa Hindia Belanda, khususnya abad ke-19, makanan asal Banyumas, Jawa Tengah itu terbilang favorit di kalangan rakyat miskin.

Ikhwal tempe bongkrek adalah depresi ekonomi yang melanda Belanda pada sekitar 1800 akhir.

Depresi ekonomi itu merambah juga ke Banyumas, jajahan Belanda.

Menurut sumber bacaan laman Kompas.com edisi 5 Juni 2021 depresi ekonomi itu membuat daya beli rakyat miskin di Banyumas, terjun bebas.

Alih-alih mampu membeli makanan sehat, banyak penduduk Jawa mencari alternatif makanan murah tanpa faedah.

Baca juga: Puluhan Warga di Lombok Tengah yang Keracunan Nasi Bungkus Sudah Sembuh

Tempe bongkrek

Tanpa pantauan higienis dari otoritas Hindia Belanda, tempe bongkrek menjadi rentetan riwayat pilu keracunan dan kematian.

Keracunan dan kematian akibat mengkonsumsi tempe bongkrek di masa Hindia Belanda terjadi pada 1895, 1931, dan 1937.

Hingga rentang 1977, keracunan dan kematian akibat menyantap bongkrek sudah merenggut nyawa sekitar 10.000 orang.

Per 1933, hasil riset dari ahli W.K Mertens dan A.G van Veen dari Institut Eijkman di Batavia menunjukkan penyebab keracunan tempe bongkrek adalah bakteri Pseudomonas cocovenenaris.

Racun itu merusak, salah satunya, fungsi hati manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com