Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokumen Gilchrist, Diduga Bukti Konsolidasi AD untuk Kudeta Soekarno

Kompas.com - 16/03/2023, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gerakan 30 September atau disingkat G30S adalah salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia.

Peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 malam ini berupa penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira TNI Angkatan Darat.

Adapun penyebab terjadinya Peristiwa G30S ada beberapa macam.

Salah satunya adalah ditemukannya Dokumen Gilchrist.

Apa itu dokumen Gilchrist?

Baca juga: Tujuan PKI Mengeluarkan Isu Dewan Jenderal

Disebut sebagai salah satu pemicu Peristiwa G30S

Pada pertengahan akhir 1965, tepatnya bulan September, Indonesia tengah ramai dengan sebuah konflik yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan tentara Angkatan Darat.

Sebab, PKI mengeluarkan sebuah isu bahwa ada Dewan Jenderal di Indonesia.

Tujuan PKI mengeluarkan isu Dewan Jenderal adalah untuk menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap TNI Angkatan Darat (AD).

PKI menyebutkan bahwa Dewan Jenderal terdiri atas para perwira tinggi Angkatan Darat yang ingin mengudeta Presiden Soekarno pada 5 Oktober 1965.

Hal ini pun ditepis dengan tegas oleh Menteri Panglima AD (KSAD) Ahmad Yani. Ia menegaskan bahwa tidak ada Dewan Jenderal di dalam tubuh Angkatan Darat.

Tidak berhenti di situ, PKI juga menyodorkan sebuah dokumen yang disebut Document Gilchristyang ditandatangani Duta Besar Inggris di Indonesia.

Isi dokumen Gilchrist ditafsirkan sebagai isyarat adanya operasi dari pihak Inggris-AS dengan melibatkan local army friend atau tentara dari Indonesia untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno.

Siapa yang membuat dokumen gilchrist?

Dokumen Gilchrist dibuat oleh Dinas Intelijen Cekoslowakia.

Dokumen Gilchrist merupakan sebuah dokumen palsu yang dibuat untuk mendukung keterlibatan blok Barat dalam upaya penggulingan Presiden Soekarno di Indonesia.

Salah seorang Amerika Serikat yang menjadi korban adalah Bill Palmer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com