KOMPAS.com - The Great Depression atau Depresi Besar adalah peristiwa krisis ekonomi yang melanda dunia antara 1929 hingga 1939.
The Great Depression atau juga disebut krisis malaise, bermula di Amerika Serikat kemudian menyebar ke berbagai negara.
Kemerosotan ekonomi dunia saat itu yang berlangsung sekitar satu dekade, disebut-sebut sebagai krisis moneter terparah dalam sejarah.
Peristiwa ini mengakibatkan lumpuhnya sendi ekonomi yang menyerang hampir semua negara di dunia.
Berikut sejarah The Great Depression.
Baca juga: Penyebab The Great Depression (1929-1939)
The Great Depression dimulai tidak lama setelah Amerika Serikat menikmati peningkatan pesat ekonomi yang membuat kekayaan negara meningkat lebih dari dua kali lipat.
Namun pada pertengahan 1929, AS mengalami resesi ringan karena lemahnya daya beli yang membuat barang menumpuk dan memperlambat produksi pabrik.
Penurunan produksi membuat banyak pabrik melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang diperburuk dengan utang masyarakat menumpuk, sektor pertanian menderita karena kekeringan, harga pangan jatuh, dan kredit macet bank membengkak.
Pada titik itu, harga saham jauh lebih tinggi dari nilai sebenarnya, yang mengakibatkan kehancuran pasar saham yang berpusat di New York Stock Exchange di Wall Street di New York City.
Dalam hitungan bulan, di AS tercipta jutaan pengangguran dan semakin banyak bank yang menyatakan bangkrut.
Baca juga: Dampak The Great Depression terhadap Hindia Belanda
Standar emas global, yang dijadikan sebagai dasar perbandingan nilai tukar berbagai mata uang di dunia, membuat krisis ekonomi yang bermula di Amerika Serikat menyebar ke seluruh dunia, terutama Eropa.
Secara umum, beberapa hal yang menyebabkan terjadinya Great Depression di sebagian besar negara di dunia yaitu:
Baca juga: Krisis Moneter Asia 1997: Penyebab, Dampak, dan Peran IMF
Pada tahun-tahun awal The Great Depression, pemerintah AS mencoba mendukung bank dan lembaga keuangan lain yang bangkrut dengan pinjaman pemerintah agar bisnis kembali berjalan dan jutaan pengangguran dapat berkurang.
Akan tetapi, Presiden AS Herbert Hoover percaya bahwa pemerintah tidak boleh campur tangan secara langsung dalam perekonomian dan tidak memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lapangan kerja atau memberikan bantuan ekonomi bagi warganya.