KOMPAS.com - Candi Bahal merupakan kompleks percandian terluas yang ada di kawasan Sumatera Utara.
Di kompleks ini terdapat tiga candi, yakni Candi Bahal I, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter.
Secara administratif, Candi Bahal terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.
Meski bangunan-bangunan candi berhasil dipugar dan kini berdiri megah, penelitian yang pernah dilakukan di Padang Lawas belum sepenuhnya mampu mengungkap latar belakang dari candi-candi ini.
Berikut sejarah singkat Candi Bahal.
Baca juga: Candi Blandongan, Tempat Penemuan Jimat dan Gerabah dari Abad ke-4
Melihat dari bentuk bangunannya, Candi Bahal diduga sebagai bangunan bercorak Buddha Vajrayana.
Terkait siapa pendirinya atau fungsi dari Candi Bahal di masa lalu, para sejarawan yang pernah meneliti candi ini belum mendapatkan jawaban pasti.
Diduga, Candi Bahal adalah peninggalan Kerajaan Panai, yang pernah berdiri antara abad ke-11 hingga abad ke-14.
Beberapa sumber sejarah menyebut bahwa Kerajaan Panai pernah menjadi taklukkan Kerajaan Sriwijaya dan diincar oleh kerajaan-kerajaan lain karena kekayaan alamnya.
Kendati demikian, pusat kerajaan bercorak Buddha tersebut juga masih menjadi perdebatan, sebagian meyakini di daerah Padang Lawas.
Baca juga: Sejarah Candi Bubrah di Kawasan Prambanan
Ketiga Candi Bahal terbuat dari bata merah, yang masing-masing didirikan di sebuah pelataran luas dan berpagar.
Bangunan utama Candi Bahal I merupakan yang terbesar dibandingkan dengan Candi Bahal II dan III.
Di antara bangunan utama Candi Bahal I yang berada di tengah halaman dengan pintu gerbang, terdapat fondasi berbentuk bujur sangkar berukuran sekitar 7 x 7 meter.
Selai itu, ada juga fondasi berukuran 3 meter persegi dan 2,5 meter persegi di pelataran Candi Bahal I.
Diduga, fondasi-fondasi tersebut adalah sisa dari candi perwara (candi pendamping).
Tepat di depan tangga masuk ke candi utama, terdapat sepasang makara (makhluk mitologi berwujud monster air).
Dinding-dinding Candi Bahal I banyak dihiasi relief bermotif orang atau raksasa.
Satu hal yang unik adalah bentuk atap Candi Bahal I, yang tidak mirip stupa seperti atap Candi Muara Takus, tetapi berbentuk silinder setinggi sekitar 2,5 meter.
Tepian atap candi dihiasi dengan pahatan untaian bunga yang melingkar.
Baca juga: Sejarah Candi Klero di Semarang
Selain itu, di dekat tangga masuk juga terdapat sepasang makara, tetapi bentuknya cukup berbeda dari makara di Candi Bahal I.
Bangunan utama Candi Bahal II terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh, dan atap.
Namun, ukuran Candi Bahal II lebih kecil dari Candi Bahal I, dan bentuknya juga berbeda. Dinding tatakan, kaki, dan tubuh candi ini polos tanpa dihiasi relief.
Atapnya berbentuk limas dengan puncak persegi empat, dan di sekeliling susunan teratasnya terdapat deretan lubang yang tidak diketahui fungsinya.
Baca juga: Sejarah Candi Lumbung di Kawasan Prambanan
Di pelataran candi ini juga terdapat sisa-sisa fondasi berbentuk bujur sangkar, yang diduga bekas dari candi perwara (candi pendamping).
Atap Candi Bahal II berbentuk limas dengan puncak persegi empat. Meski mirip dengan atap Candi Bahal II, tetapi di candi ini tidak terdapat deretan lubang.
Selain itu, di Candi Bahal III tidak ada kepala makara yang mengapit bagian tangga masuk.
Alih-alih, terdapat pahatan yang sudah kurang jelas bentuknya di pipi tangga di kaki candi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.