JAKARTA, KOMPAS.com - Ban kapten pelangi menjadi kisah kontroversi pada Piala Dunia 2022 di Qatar.
Piala Dunia 2022 yang memasuki hari keenam sejak peluncurannya pada 20 November 2022 mendapat warna tersendiri dalam pelaksanaannya.
Baca juga: INFOGRAFIK: Misinformasi Mengenai Ban Kapten Pelangi di Piala Dunia 2022
Ban kapten adalah lingkaran elastis yang disematkan di lengan pemain sepak bola saat berlaga.
Ban kapten menunjukkan bahwa pemain yang mengenakannya berstatus pemimpin tim sepak bola.
Menurut sumber bacaan dari laman Kompas.com pada 17 November 2022, penggunaan ban kapten pelangi adalah simbol dukungan keberagaman bagi keberadaan orientasi seksual lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Kaum LGBT pada masa kini juga termasuk orang dengan orientasi seksual non-binary, pansexual, asexual, dan intersex.
Akronimnya menjadi LGBT2+.
Ban kapten pelangi
Negara-negara yang mengesahkan pernikahan sejenis, kebanyakan di Eropa, memiliki pandangan bahwa kaum LGBT patut mendapatkan penghormatan kemanusiaan.
Lantaran alasan itulah, beberapa negara peserta Piala Dunia berhasrat menggunakan ban kapten pelangi saat berlaga.
Belanda adalah pencetus lahirnya ban kapten pelangi.
Ban kapten pelangi itu dikenal dengan nama One Love.
Kampanye One Love oleh federasi sepak bola Belanda, KNVB (Koninklijke Nederlandse Voetbalbond) berlangsung mulai 2020.
Pada bagian lain, Qatar sebagai negara berbasis Islam memliki peraturan khusus mengenai LGBT.
Qatar dalam kebijakannya, melarang LGBT.