Kongres ini digerakaan oleh Amin Singgih dan Rh. Koesnan, yang kemudian dikenal sebagai tokoh pendiri PGRI.
Baca juga: Perbedaan NU dan Muhammadiyah
Kongres Guru Indonesia digelar di Surakarta, Jawa Tengah, antara 24-25 November 1945.
Hasil dari Kongres Guru Indonesia adalah semua guru sepakat untuk bersatu di dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Tanggal 25 November 1945 menandai hari lahir PGRI.
Nama PGRI diberikan oleh utusan dari Jawa Barat yang saat itu tergabung dalam Persatuan Guru Seluruh Priangan (PGSP).
Pada awal PGRI terbentuk, tujuan organisasi ini adalah menekankan jiwa patriotisme agar dapat mempertahankan Indonesia.
Selain itu, tujuan umum dibentuknya PGRI yaitu:
Baca juga: Sejarah Hizbul Wathan, Gerakan Kepanduan Muhammadiyah
Menyusul Kongres PGRI yang pertama, hampir setiap tahun diadakan kongres secara rutin guna membahas berbagai hal.
Pada kongresnya yang kesepuluh, tepatnya pada Oktober 1962, PGRI terpecah menjadi dua karena adanya perebutan pengaruh kekuatan anti-PKI dan pro-PKI.
Kubu pro-PKI atau PGRI Non-Vaksentral dipimpin oleh Subandri. Sedangkan kubu nasionalis dipimpin oleh ME Subiadinata.
Perpecahan ini terjadi hingga peristiwa G30S, yang mengakibatkan PKI beserta simpatisannya diberantas habis.
Pada 24 November 1994, Pemerintah RI mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Nomor 1994 yang menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru nasional.
Empat tahun kemudian, Kongres PGRI XVIII diselenggarakan di Bandung antara 25-28 November 1998.
Hasil kongres ini menyatakan PGRI untuk kembali ke jati diri awal, yakni sebagai organisasi perjuangan, profesi, dan ketenagakerjaan dengan mengedepankan sifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
Referensi:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.