KOMPAS.com - Historiografi adalah salah satu tahapan dalam metode sejarah dan bisa juga dikatakan sebagai pengembangan sejarah sebagai disiplin akademis.
Historiografi akrab pula disebut sebagai penulisan sejarah. Apabila dibandingkan dengan penulisan ilmiah, historiografi dipandang cukup sulit.
Lantas, mengapa historiografi dianggap langkah paling berat dalam penelitian sejarah?
Baca juga: Tahap Penelitian Sejarah Menurut Kuntowijoyo
Historiografi dianggap langkah paling berat dalam penelitian sejarah karena penulisannya harus sesuai dengan fakta yang terjadi.
Penulisan itu dapat dikerjakan setelah melakukan penelitian. Dalam penelitian dibutuhkan kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menguji sumber-sumber yang benar.
Adapun dalam penulisan sejarah dibutuhkan kemampuan dalam menyusun fakta-fakta yang sudah ditemukan ke dalam suatu uraian yang sistematis, utuh, dan komunikatif.
Hal ini menjadikan alasan bahwa penulisan sejarah membutuhkan suatu metodologi yang menuntun proses penulisan tersebut.
Maka dari itu, sangat diupayakan agar sejarah yang ditulis oleh peneliti bersifat seobyektif mungkin untuk menghindari adanya penyimpangan fakta atau subyektivitas.
Baca juga: Maksud Interpretasi dalam Metode Penulisan Sejarah
Proses penulisan sejarah (historiografi) juga memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Sebab, penulisan sejarah membutuhkan waktu dalam menganalisis peristiwa di masa lampau. Khususnya dalam menghimpun kembali data-data yang didapat dari proses heuristik, kritik, hingga interpretasi.
Heuristik adalah tahap pencarian sumber sejarah, baik secara lisan, tulisan, atau benda.
Sumber tersebut harus sesuai dengan catatan sejarah yang akan ditulis.
Menurut sejarawan bernama Kuntowijoyo, sumber sejarah bisa berasal dari empat hal, yaitu:
Selanjutnya adalah kritik yang merupakan tahapan untuk menguji validitas (kebenaran) dari sumber sejarah.
Kritik terbagi ke dalam dua jenis, yaitu kritik ekstern dan kritik intern.