JAKARTA, KOMPAS.com - Kopiah, atau songkok atau peci adalah salah satu penutup kepala pria di Indonesia.
Catatan sumber literatur dari buku karya JJ Ras, Hikayat Bandjar. A Study in Malay Historiography, Belanda (1968) menyebut bahwa ada 3 nama yang lazim dipakai untuk menyebut penutup kepala itu.
Ketiganya adalah kopiah, peci, maupun songkok.
Baca juga: Cerita Perajin Songkok Bambu di Banyuwangi, Sebatang Pohon Bisa Hasilkan Rp 1 Juta
Sementara itu, sumber literatur karangan Yunos Rozan, "The origin of the songkok or 'kopiah'". The Brunei Times, Brunei Darussalam (2007) menyebut bahwa kopiah, songkok, atau peci, bisa dijumpai di Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Muangthai selatan, dan Filipina selatan.
Muslim
Kopiah, peci ataupun songkok, acap dianggap menjadi identitas Muslim di negara-negara yang rakyatnya memakai.
Padahal, catatan-catatan sejarah menunjukkan bahwa kopiah, peci, ataupun songkok, sudah tercatat di Hikayat Iskandar Zulkarnain pada 1600 Masehi.
Baca juga: Peci Hitam Soekarno
Pasukan khusus Kerajaan Majapahit, Bhayangkara tercatat sudah memakai kopiah, peci, atau songkok dalam catatan Hikayat Banjar yang teksnya tertulis pada 1663.
Antonio Pigatella pada 1521, juga membubuhkan kata "cophia" pada catatan kosa kata Italia Melayu untuk kopiah, songkok, maupun peci.
Nasionalis
Khusus di Indonesia, Presiden Pertama Soekarno, sejak masa pemerintahannya pada 1945 yang mengangkat derajat kopiah, peci, atawa songkok sebagai penanda gerakan nasionalisme.
Maka dari itulah, kopiah atau songkok atau peci tidak sekadar sebagai penanda Muslim.
Kopiah, songkok, atau peci, adalah penanda khas orang Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.