KOMPAS.com - Kolonel Abundjani merupakan tokoh Indonesia yang berjuang demi mempertahankan kemerdekaan.
Awalnya, Abundjani menjadi seorang prajurit militer, tetapi ia memilih keluar untuk meneruskan usaha.
Meski keluar dari kesatuan militer, Abundjani tetap menjadi tokoh yang turut berperan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Biografi Singkat Albert Einstein
Abundjani membentuk Badan Keuangan Perjuangan yang memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10% keuntungan untuk perjuangan.
Abundjani merupakan tokoh militer yang lahir di Batang Asai, Kabupaten Sarolangun-Bangko (sekarang Kabupaten Sarolangun dan Merangin) pada 24 Oktober 1918.
Ia adalah anak dari Demang Makalam yang menjadi demang berkedudukan di Rantau Panjang, Batang Asai.
Demang Makalam berasal dari Pondok Tinggi, Kerinci.
Sementara itu, ibu Abundjani bernama Siti Umbuk berasal dari Desa Keladi.
Abundjani adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Pada 1926, ketika berusia 8 tahun, Abundjani sekolah di bawah asuhan Ali Sudin yang merupakan keponakan Demang Makalam.
Demang Makalam kemudian menitipkan anaknya kepada temannya dari Belanda yang bekerja di perusahaan minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).
Setelah itu, Abundjani melanjutkan pendidikan di Hollandsc-Inlandsche School (HIS).
Tamat dari HIS, Abundjani melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bandung pada 1934.
Kemudian pada 1940, Abundjani ikut pendidikan di Middelbare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaar (MOSCVIA) di Bandung.
Akan tetapi, Abundjani tidak tamat sekolah karena Jepang mengalahkan Belanda dan menguasai Indonesia.
Di era Jepang, Abundjani menamatkan pendidikan militer di Shinan Kau Kun Renjo (Sionanto) di Singapura selama setahun.
Ia kemudian diangkat menjadi asisten Ki Imuratyo.
Setelah itu, Abundjani meneruskan pendidikan di akademi militer Giyugun di Pagaralam, Lahat dengan pangkat tamatan Letnan Dua (Shoi).
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Abundjani merintis Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang merupakan bagian dari BKR (Badan Keamanan Rakyat).
Selanjutnya, Abundjani diangkat menjadi komandan BKR di Jambi dengan mengenakan pangkat Kolonel.
Ia menjabat hingga 1949. Adapun jabatan Abundjani adalah komandan Kodam Garuda Putih Jambi.
Setelah itu, dilakukan rasionalisasi di kalangan TNI, Abundjani yang berpangkat kolonel turun menjadi Letnan Kolonel.
Meski demikian, Abundjani tetap berada di militer dengan mernagkap jabatan sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatra Selatan khusus Jambi dan Komandan STD hingga 1950.
Pada Februari 1950, Letkol Abundjani mundur dari TNI dan beralih menjadi pengusaha di Jambi dan Jakarta.
Selepas dari militer, Abundjani memiliki peran dalam membentuk Badan Keuangan Perjuangan yang memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10% keuntungan untuk perjuangan.
Usaha itu membantu perjuangan Pemerintah Pusat, seperti menyewa dan membeli Pesawat Catalina (RI-05) sebagai penghubung antardaerah.
Baca juga: Biografi Singkat Djamaluddin Adinegoro
Pesawat tersebut juga digunakan untuk memasok berbagai perlengkapan dan perbekalan.
Selain itu, Abundjani berperan memindahkan pusat pemerintahan dan pertahanan militer saat Belanda menyerang pada 29 Desember 1948.
Saat itu, Jambi dibombardir Belanda. Meski demikian, perjuangan dan pemerintahan Jambi tetap berjalan sebagai simbol mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Setelah berbagai perjuangannya, Abundjani meninggal dunia pada 1980.
Referensi: