Di era Jepang, Abundjani menamatkan pendidikan militer di Shinan Kau Kun Renjo (Sionanto) di Singapura selama setahun.
Ia kemudian diangkat menjadi asisten Ki Imuratyo.
Setelah itu, Abundjani meneruskan pendidikan di akademi militer Giyugun di Pagaralam, Lahat dengan pangkat tamatan Letnan Dua (Shoi).
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Abundjani merintis Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang merupakan bagian dari BKR (Badan Keamanan Rakyat).
Selanjutnya, Abundjani diangkat menjadi komandan BKR di Jambi dengan mengenakan pangkat Kolonel.
Ia menjabat hingga 1949. Adapun jabatan Abundjani adalah komandan Kodam Garuda Putih Jambi.
Setelah itu, dilakukan rasionalisasi di kalangan TNI, Abundjani yang berpangkat kolonel turun menjadi Letnan Kolonel.
Meski demikian, Abundjani tetap berada di militer dengan mernagkap jabatan sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatra Selatan khusus Jambi dan Komandan STD hingga 1950.
Pada Februari 1950, Letkol Abundjani mundur dari TNI dan beralih menjadi pengusaha di Jambi dan Jakarta.
Selepas dari militer, Abundjani memiliki peran dalam membentuk Badan Keuangan Perjuangan yang memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10% keuntungan untuk perjuangan.
Usaha itu membantu perjuangan Pemerintah Pusat, seperti menyewa dan membeli Pesawat Catalina (RI-05) sebagai penghubung antardaerah.
Baca juga: Biografi Singkat Djamaluddin Adinegoro
Pesawat tersebut juga digunakan untuk memasok berbagai perlengkapan dan perbekalan.
Selain itu, Abundjani berperan memindahkan pusat pemerintahan dan pertahanan militer saat Belanda menyerang pada 29 Desember 1948.
Saat itu, Jambi dibombardir Belanda. Meski demikian, perjuangan dan pemerintahan Jambi tetap berjalan sebagai simbol mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Setelah berbagai perjuangannya, Abundjani meninggal dunia pada 1980.
Referensi: