JAKARTA, KOMPAS.com - Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang disebut sebagai hajatan terbesar di Asia Tenggara, digelar hampir setiap tahun sejak 1968.
Kendati demikian, sepanjang pergelaran PRJ sejak awal hingga kini, ada yang berbeda, salah satunya soal namanya.
PRJ tidak selalu digelar di Jakata Fair Kemayoran. Dulunya, lokasi itu masih menjadi bandar udara internasional. PRJ baru digelar di Kemayoran sejak 1991, setelah Bandara Kemayoran tak lagi aktif.
PRJ pertama masih digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas).
Lokasi tersebut dekat dengan Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara serta Balai Kota di Jalan Medan Merdeka Selatan.
PRJ yang pertama berlangsung pada 5 Juni 1968 sampai dengan 20 Juli 1968.
Waktu itu, Presiden Soeharto membuka PRJ dengan melepas burung merpati.
Selain tempatnya yang berbeda, pada 1968, penamaan Pekan Raya Jakarta memang tidak seperti di masa sekarang.
Penamaan PRJ masih mengikuti pedoman Bahasa Indonesia ejaan lama.
PRJ dengan nama lama ditulis Djakarta Fair (DF).
Pada ejaan lama, pembacaan dan penulisan huruf "J" dilakukan dengan menggabungkan dua huruf yakni "D" dan "J".
Di masa sekarang, melalui Pedoman Bahasa Indonesia Ejaan yang Disempurnakan (EYD), pembacaan dan penulisan huruf "J", dilakukan dengan cukup menuliskan satu huruf yakni "J".
Setelah nama DF (Djakarta Fair) tak lagi digunakan untuk PRJ, nama itu "dikembalikan" kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jaya yang dulu berjasa menggelar PRJ pertama.